Entri yang Diunggulkan

Akreditasi Perguruan Tinggi: Apa yang Harus Diketahui Dosen?

Oleh: Ruang Dosen

Halo, rekan-rekan sejawat!
Pernah nggak, saat rapat dosen tiba-tiba terdengar kalimat: “Kita harus siap untuk akreditasi, ya!” dan seketika suasana jadi agak tegang?

Ya, kata “akreditasi” memang sering membuat dahi berkerut. Entah karena harus menyiapkan dokumen-dokumen, revisi RPS, atau karena mendadak jadi panitia borang. Tapi sebenarnya, kalau dipahami dengan santai dan mendalam, akreditasi bukan sekadar momok administrasi—melainkan cerminan kualitas kampus dan kontribusi kita sebagai dosen.

Nah, di artikel kali ini, kita bahas tuntas (dengan gaya santai, tentu saja!) tentang akreditasi perguruan tinggi dari kacamata dosen: apa itu akreditasi, kenapa penting, peran dosen di dalamnya, dan bagaimana menyikapinya dengan lebih santuy tapi tetap bertanggung jawab.

 

πŸ” Apa Itu Akreditasi Perguruan Tinggi?

Secara sederhana, akreditasi adalah proses evaluasi dan penilaian mutu dari suatu perguruan tinggi oleh lembaga resmi, yaitu BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) atau LAM (Lembaga Akreditasi Mandiri) yang khusus menangani bidang tertentu (misalnya LAMDIK untuk pendidikan, LAMEMBA untuk ekonomi dan manajemen, dsb).

Tujuan akreditasi itu bukan untuk menyusahkan dosen atau bikin deadline mendadak, tapi untuk menjamin bahwa:

·         Pendidikan yang diberikan berkualitas.

·         Lulusan memiliki kompetensi yang diakui.

·         Institusi punya tata kelola yang baik.

·         Kampus memiliki budaya mutu dan perbaikan berkelanjutan.

Jadi sebenarnya, akreditasi itu bukan untuk sekadar dapat "A", tapi untuk memastikan bahwa kita semua berjalan di jalur mutu pendidikan yang benar.

 

🧭 Jenis Akreditasi yang Perlu Kita Tahu

Akreditasi di perguruan tinggi terbagi dua:

1.      Akreditasi Institusi (APT)
Ini menilai keseluruhan kampus—mulai dari visi misi, tata kelola, dosen, mahasiswa, sarana prasarana, hingga kerja sama.

2.      Akreditasi Program Studi (APS)
Nah, ini fokus ke masing-masing prodi tempat kita mengajar. Penilaian mencakup kurikulum, dosen, penelitian, pengabdian, prestasi mahasiswa, dan lulusan.

Kedua jenis akreditasi ini saling berkaitan. APT yang bagus biasanya ditopang oleh APS yang kuat. Dan sebaliknya, prodi-prodi unggulan bisa menaikkan reputasi institusi.

 

πŸŽ“ Peran Dosen dalam Akreditasi: Bukan Sekadar Pelengkap!

Suka tidak suka, dosen adalah elemen krusial dalam akreditasi. Bahkan bisa dibilang, lebih dari separuh indikator penilaian berkaitan langsung dengan kinerja dosen.

Mari kita bedah peran dosen secara realistis tapi ringan:

1. Penyusun dan Pelaksana Kurikulum

Kurikulum jadi sorotan utama dalam akreditasi. Dosen diharapkan:

·         Menyusun RPS yang sesuai capaian pembelajaran (CPL).

·         Melaksanakan pembelajaran aktif dan berbasis OBE (Outcome Based Education).

·         Melakukan evaluasi pembelajaran yang akuntabel.

Kurikulum bukan sekadar “dokumen pajangan”, tapi living document yang betul-betul dijalankan.

2. Publikasi Ilmiah dan Penelitian

Nah, bagian ini yang kadang bikin dosen “panik dadakan”. Padahal, publikasi itu bukan hanya untuk akreditasi, tapi bagian dari kewajiban tridharma.

·         Artikel jurnal terindeks nasional/internasional.

·         Buku referensi.

·         Penelitian hibah kompetitif.

Semua ini jadi poin penting dalam borang. Jadi, kalau kita rajin menulis, selain dapat nilai akreditasi, kita juga memperkuat portofolio pribadi.

3. Pengabdian kepada Masyarakat

Sering dianggap “tambahan”, padahal PkM punya bobot besar. Kegiatan seperti pelatihan di desa, penyuluhan, atau pendampingan UMKM bisa jadi bukti kontribusi dosen di luar kampus.

Yang penting: terdokumentasi dengan baik, ada laporan, dan syukur-syukur terpublikasi.

4. Keterlibatan dalam Tata Kelola Kampus

Keterlibatan dosen sebagai bagian dari struktur organisasi—seperti menjadi ketua program studi, tim kurikulum, atau panitia akreditasi—juga jadi poin penilaian.

Kampus yang sehat adalah kampus di mana dosennya terlibat aktif, bukan sekadar “ngajar lalu pulang”.

 

πŸ’Ό Apa Manfaat Akreditasi Bagi Dosen?

Nah, ini penting juga ditanyakan. Jangan sampai kita capek-capek nginput data SISTER dan unggah SK penelitian tanpa tahu impact-nya.

1. Reputasi Kampus = Reputasi Kita

Dosen yang mengajar di kampus terakreditasi unggul cenderung lebih dipercaya. Baik saat melamar beasiswa, ikut konferensi internasional, atau ketika ingin studi lanjut.

2. Peluang Hibah Lebih Besar

Beberapa hibah penelitian atau pengabdian dari Kemdikbudristek mensyaratkan institusi atau prodi minimal akreditasi B atau Baik Sekali.

3. Kemudahan Kerja Sama

Kerja sama dengan industri, kampus luar negeri, atau instansi pemerintahan lebih mudah jika institusi kita punya akreditasi yang baik.

4. Motivasi Berkembang

Akreditasi mendorong dosen untuk terus update diri: ikut pelatihan, menulis, melakukan riset, dan berjejaring.

 

πŸ“ Tips Santuy Menghadapi Akreditasi (Untuk Dosen)

Agar kita tidak lagi merasa “kejar-kejaran” menjelang akreditasi, yuk siapkan diri dengan cara yang ringan tapi konsisten:

🌱 1. Dokumentasikan Semua Kegiatan

Jangan tunggu mendekati akreditasi baru cari sertifikat. Simpan semua bukti kegiatan: undangan seminar, laporan PkM, berita acara pengajaran, dll.

🌱 2. Rajin Update SISTER dan PDDikti

Data dosen saat ini sangat tergantung pada self-reporting. Semakin update data kita di SISTER, semakin mudah kampus mengompilasi borang.

🌱 3. Jangan Bekerja Sendiri

Akreditasi adalah kerja tim. Bangun komunikasi yang baik antar dosen, koordinasi dengan prodi dan LPM. Saling bantu input data, saling bagi template RPS, saling semangati.

🌱 4. Upgrade Diri Secara Bertahap

Mulai dari ikut workshop OBE, pelatihan penulisan artikel, hingga aktif di kegiatan pengabdian. Perlahan-lahan tapi konsisten.

 

πŸ’‘ Penutup: Akreditasi Bukan Sekadar Borang

Bagi dosen, akreditasi sebenarnya adalah cermin diri. Bukan hanya bagaimana kampus dinilai, tapi juga seberapa serius kita menjalankan tridharma perguruan tinggi.

Mari ubah pola pikir kita: akreditasi bukan beban, tapi momen introspeksi, evaluasi, dan perbaikan kualitas. Dan ingat, tidak ada akreditasi yang sukses tanpa peran aktif dosen.

Jadi, yuk, kita jadi dosen yang tidak hanya sibuk di kelas, tapi juga aktif menyusun mutu, berkontribusi nyata, dan tentu saja: tetap santai dan waras menghadapi akreditasi!

Salam semangat dari Ruang Dosen! πŸŽ“✍

Komentar