Pengembangan Profesional Dosen, |
Tridarma Perguruan Tinggi adalah fondasi utama yang menjadi arah dan pedoman seluruh kegiatan di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia. Istilah “Tridarma” bukan sekadar jargon institusi, melainkan suatu filosofi kerja yang mencerminkan peran dan tanggung jawab perguruan tinggi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun masyarakat yang berdaya saing.
Namun, bagaimana sebenarnya konsep Tridarma ini dipahami secara teoritis dan
bagaimana pula pelaksanaannya di lapangan, khususnya oleh para dosen? Dalam
artikel ini, kita akan membedah secara menyeluruh ketiga unsur utama Tridarma
Perguruan Tinggi serta tantangan dan strategi implementasinya dalam kehidupan
kampus yang nyata.
1. Apa Itu Tridarma Perguruan Tinggi?
Secara harfiah, Tridarma berasal dari bahasa Sanskerta: “Tri” yang berarti
tiga, dan “Darma” yang berarti kewajiban atau tugas suci. Jadi, Tridarma
Perguruan Tinggi mengacu pada tiga kewajiban pokok yang harus
dijalankan oleh setiap perguruan tinggi di Indonesia:
1. Pendidikan dan Pengajaran
2. Penelitian dan Pengembangan
3. Pengabdian kepada Masyarakat
Ketiga unsur ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Dosen sebagai
garda terdepan pelaksana Tridarma dituntut tidak hanya menjadi pengajar, tetapi
juga peneliti dan pelayan masyarakat.
Tridarma ini diatur secara resmi dalam berbagai peraturan, seperti:
·
Undang-Undang No. 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi
·
Permendikbud No. 3 Tahun
2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
2. Pendidikan dan Pengajaran: Mendidik Lebih dari Sekadar Mengajar
Unsur pertama dari Tridarma adalah pendidikan dan pengajaran. Ini mencakup
seluruh proses yang dilakukan untuk mentransfer ilmu pengetahuan, nilai, dan
keterampilan kepada mahasiswa.
A. Teori:
Pendidikan dan pengajaran meliputi kegiatan:
·
Perencanaan pembelajaran
·
Pelaksanaan perkuliahan
·
Evaluasi hasil belajar
·
Pengembangan kurikulum
·
Bimbingan akademik
B.
Praktik:
Di lapangan, dosen tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga dituntut
untuk:
·
Menerapkan
pembelajaran aktif (student-centered learning), seperti diskusi, studi
kasus, dan proyek kolaboratif
·
Menggunakan
teknologi digital, seperti LMS (Learning Management System), video
pembelajaran, dan kuis interaktif
·
Membimbing
mahasiswa, bukan hanya secara akademik, tetapi juga moral dan karakter
C.
Tantangan:
·
Banyak dosen masih terbiasa
dengan metode ceramah (teacher-centered)
·
Beban administratif menyita
waktu persiapan pengajaran
·
Fasilitas dan akses
teknologi yang tidak merata
D. Solusi:
·
Pelatihan pedagogi
berkelanjutan untuk dosen
·
Kolaborasi antar dosen
dalam penyusunan bahan ajar
·
Pengembangan sistem
pembelajaran digital yang adaptif
3. Penelitian dan Pengembangan: Menciptakan Ilmu Pengetahuan Baru
Unsur kedua adalah penelitian dan pengembangan. Ini adalah peran intelektual
dosen sebagai pencipta ilmu pengetahuan yang orisinal dan relevan.
A. Teori:
Penelitian di perguruan tinggi bertujuan untuk:
·
Menjawab persoalan ilmiah
·
Memberi solusi bagi
persoalan sosial dan kebijakan
·
Menjadi dasar pengambilan
keputusan pembangunan
Standar minimal penelitian bagi dosen telah diatur, termasuk publikasi
ilmiah di jurnal nasional dan internasional.
B.
Praktik:
Penelitian dosen bisa dalam bentuk:
·
Penelitian dasar dan
terapan
·
Penelitian tindakan kelas
(PTK)
·
Kolaborasi riset lintas
institusi
·
Hibah kompetitif dari
Kemdikbudristek, BRIN, LPDP, dsb.
Output riset bisa berupa:
·
Artikel jurnal
·
Buku referensi
·
Paten atau prototipe
·
Seminar ilmiah
C.
Tantangan:
·
Rendahnya budaya meneliti
di beberapa perguruan tinggi
·
Sulitnya akses dana dan
fasilitas penelitian
·
Tekanan publikasi hanya
untuk memenuhi angka kredit
D. Solusi:
·
Membangun ekosistem riset
di kampus
·
Insentif bagi dosen
produktif meneliti
·
Pelatihan metodologi
penelitian dan publikasi ilmiah
4. Pengabdian kepada Masyarakat: Ilmu yang Berdampak
Unsur ketiga Tridarma adalah pengabdian kepada masyarakat. Ini merupakan
pengejawantahan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan persoalan nyata di
masyarakat.
A. Teori:
Pengabdian kepada masyarakat bukan hanya kegiatan sosial, tapi berbasis pada:
·
Ilmu dan teknologi
·
Kebutuhan masyarakat
·
Kolaborasi lintas sektor
(kampus-pemerintah-swasta-masyarakat)
B.
Praktik:
Bentuk pengabdian dosen bisa berupa:
·
Pelatihan UMKM di desa
·
Pendampingan sekolah
berbasis literasi digital
·
Penyuluhan pertanian
berbasis teknologi tepat guna
·
Pembinaan komunitas adat
dan budaya lokal
Program seperti:
·
KKN Tematik
·
Desa Binaan
·
Sains Masuk Kampung
adalah contoh pengabdian yang menghubungkan mahasiswa dan dosen dengan
masyarakat secara langsung.
C.
Tantangan:
·
Kurangnya dokumentasi dan
publikasi kegiatan pengabdian
·
Masyarakat belum melihat
kampus sebagai mitra solutif
·
Kegiatan sering bersifat
seremonial, bukan keberlanjutan
D. Solusi:
·
Merancang pengabdian
berbasis kebutuhan (need-based)
·
Libatkan masyarakat sebagai
subjek, bukan objek
·
Integrasikan pengabdian
dengan riset dan pembelajaran (program integratif)
5. Keterpaduan Tridarma: Bukan Sekadar 3 Kewajiban Terpisah
Satu kesalahan umum adalah menganggap Tridarma sebagai tiga kegiatan
terpisah. Padahal, esensi Tridarma adalah integrasi antara pengajaran,
penelitian, dan pengabdian.
Contoh integrasi:
·
Penelitian dosen
tentang literasi digital diterapkan dalam pengajaran dan diujicobakan dalam
program pengabdian di sekolah-sekolah desa.
·
Kegiatan
pembelajaran mahasiswa menghasilkan produk atau solusi nyata untuk UMKM lokal,
yang kemudian dijadikan basis penelitian terapan.
Dengan pendekatan integratif, dosen dapat:
·
Menghemat waktu dan sumber
daya
·
Menghasilkan karya ilmiah
yang berdampak
·
Menjadi agen perubahan di
masyarakat
6. Peran Institusi dalam Mendukung Tridarma
Perguruan tinggi tidak bisa hanya menuntut dosen melaksanakan Tridarma,
tetapi juga harus:
·
Menyediakan dana penelitian
dan pengabdian
·
Menyusun kebijakan
pengakuan angka kredit yang adil
·
Mendorong kolaborasi lintas
program studi
·
Memberi ruang inovasi dan
keleluasaan berkarya
7. Tridarma di Era Merdeka Belajar – Kampus Merdeka
Program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan oleh
Kemdikbudristek semakin menekankan pentingnya Tridarma yang relevan dengan
dunia nyata.
Tridarma dalam konteks MBKM:
·
Dosen sebagai fasilitator
mahasiswa yang belajar di luar kampus (industri, desa, lembaga riset)
·
Riset kolaboratif yang
multidisipliner
·
Pengabdian berbasis proyek
sosial dan inovasi
Penutup: Menjadi Dosen yang Mewujudkan Tridarma Secara Utuh
Tridarma Perguruan Tinggi bukan hanya dokumen formal atau syarat
administratif. Ia adalah jiwa dari profesi dosen dan motor
utama pembangunan bangsa berbasis ilmu pengetahuan.
Untuk mewujudkannya secara utuh, dosen perlu:
·
Memiliki semangat belajar
dan berbagi tanpa henti
·
Menyusun strategi kerja
yang terintegrasi
·
Didukung oleh sistem kampus
yang kolaboratif dan progresif
Dengan pemahaman dan pelaksanaan Tridarma yang holistik, kita bisa mengubah
wajah pendidikan tinggi Indonesia menjadi lebih bermakna, berdampak, dan
relevan dengan kebutuhan zaman.
Penulis: Tim Ruang Dosen
Editor: Admin Ruangpemuda.info
Kategori: #Tridarma #DosenIndonesia #PerguruanTinggi
#RuangDosen #MerdekaBelajar
Komentar
Posting Komentar