Oleh: Aco Nasir
Di zaman dulu, saat seseorang menyandang gelar “dosen”, bayangan yang muncul
adalah: mengajar di kelas, bikin soal ujian, membimbing skripsi, dan—kalau
rajin—meneliti dan menulis jurnal. Namun, hari ini, peran dosen bukan hanya
sebagai pengajar atau peneliti, tetapi juga wirausahawan akademik.
Ya, Anda tidak salah baca. Dosen zaman now juga bisa (dan bahkan perlu) jadi
entrepreneur di dunia ilmu pengetahuan.
Tapi tunggu dulu. Apakah artinya dosen harus buka kafe, jualan online, atau
jadi influencer edukasi di TikTok? Eits, bukan itu maksudnya. Yang dimaksud di
sini adalah kewirausahaan akademik—suatu
sikap dan aktivitas inovatif yang menjadikan hasil pemikiran akademik punya
dampak nyata, bernilai ekonomi, dan menjawab kebutuhan masyarakat.
Yuk, kita bahas lebih dalam, santai saja, seperti ngobrol di ruang dosen waktu
jam kosong.
Apa Itu
Kewirausahaan Akademik?
Kewirausahaan akademik (academic entrepreneurship) adalah konsep di mana
dosen dan peneliti tidak hanya berhenti pada publikasi ilmiah, tapi melangkah
lebih jauh: mengomunikasikan, menerjemahkan, dan
menerapkan hasil penelitian atau ide akademik menjadi inovasi yang bermanfaat
secara sosial dan ekonomi.
Dengan kata lain, dari jurnal menuju produk nyata. Dari laboratorium menuju
masyarakat. Dari ruang kelas menuju pasar. Itulah intinya.
Contohnya:
·
Dosen pertanian yang
meneliti pupuk organik, lalu bekerja sama dengan UMKM lokal untuk memproduksi
dan memasarkannya.
·
Dosen teknik yang
mengembangkan alat penghemat listrik dan kemudian membuat spin-off company dari
temuannya.
·
Dosen sosial yang merancang
modul pelatihan literasi digital untuk komunitas desa dan mendapat pendanaan
dari CSR.
Ini semua bentuk nyata bahwa ilmu pengetahuan bisa punya "nyawa
ekonomi" jika dikembangkan secara kreatif.
Kenapa Dosen Perlu Menjadi Wirausahawan Akademik?
Alasannya banyak. Tapi berikut tiga yang paling penting:
1. Karena Tri Dharma Membuka Pintu Itu
Tri Dharma bukan hanya mengajar dan meneliti, tapi juga pengabdian
kepada masyarakat. Nah, kewirausahaan akademik adalah salah satu
cara menyatukan ketiga poin tersebut. Dengan mengembangkan produk berbasis
riset, dosen otomatis mengajar (dalam bentuk penerapan), meneliti (karena
produknya berbasis riset), dan mengabdi (karena berdampak ke masyarakat).
2. Karena Kampus Butuh Sumber Daya Baru
Dalam kondisi pendanaan yang makin ketat, kampus tidak bisa hanya bergantung
pada dana operasional atau bantuan pemerintah. Kewirausahaan akademik bisa
membuka aliran pendapatan baru: dari hak kekayaan intelektual (HAKI), paten,
lisensi teknologi, kerja sama industri, sampai inkubator bisnis mahasiswa.
3. Karena Mahasiswa Butuh Role Model
Bayangkan mahasiswa melihat dosennya tidak hanya pintar teori, tapi juga
bisa menciptakan produk, menulis buku laris, atau menggagas program sosial
digital yang viral. Ini jadi inspirasi nyata: bahwa ilmu itu bisa hidup dan
punya dampak. Mahasiswa pun lebih semangat belajar.
Tantangan: Mengapa Tidak Semua Dosen Melakukannya?
Tentu saja, tidak semua dosen langsung nyaman dengan konsep kewirausahaan
akademik. Banyak alasan yang membuat ini terasa “asing”, seperti:
❌ “Saya bukan orang bisnis…”
Betul. Tapi kewirausahaan akademik bukan soal jadi pengusaha konvensional.
Ini soal membawa hasil pemikiran keluar dari menara gading dan membuatnya
berguna. Anda tetap akademisi, tapi dengan semangat inovator.
❌ “Saya tidak punya waktu…”
Siapa yang tidak? Tapi kadang kita perlu menggeser prioritas. Coba pikirkan:
jika satu riset Anda bisa berdampak ke komunitas, apakah tidak layak diluangkan
sedikit waktu untuk menjadikannya nyata?
❌ “Takut ribet urusan hukum dan lisensi…”
Memang perlu proses. Tapi sekarang banyak kantor urusan HAKI dan inkubator
bisnis kampus yang bisa membantu. Tidak harus jalan sendiri.
Langkah
Kecil Menuju Dosen Wirausahawan
Tidak perlu langsung bikin produk hebat atau start-up teknologi tinggi. Anda
bisa mulai dari hal sederhana:
1. Tulis Buku Populer dari Materi Kuliah
Anda
Kalau Anda sudah mengajar selama bertahun-tahun, pasti punya materi yang
solid. Ubah itu menjadi buku ajar atau bahkan buku populer. Bisa dijual,
dipakai di kampus lain, dan jadi legacy akademik Anda.
2. Bangun Komunitas atau Platform Digital
Misalnya Anda dosen komunikasi. Anda bisa bikin kanal YouTube edukatif atau
podcast yang menjelaskan isu komunikasi publik. Lalu bisa dikembangkan jadi
workshop, pelatihan, atau produk digital berbayar.
3. Ajak Mahasiswa Kembangkan Produk Berbasis
Riset
Libatkan mahasiswa dalam riset Anda dan arahkan ke produk nyata. Bisa berupa
aplikasi sederhana, modul, alat bantu pembelajaran, atau program sosial. Ini
mengasah empati, kreativitas, dan memberi pengalaman nyata bagi mereka.
4. Daftarkan HAKI dan Patennya
Mulailah memahami pentingnya perlindungan karya intelektual. Jika Anda
menciptakan alat bantu, kurikulum, atau media pembelajaran yang inovatif,
daftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Dari sana bisa terbuka
peluang komersialisasi.
Contoh
Nyata di Sekitar Kita
Banyak dosen Indonesia yang sudah menjadi teladan dalam hal kewirausahaan
akademik. Misalnya:
·
Dosen
Teknik Informatika yang menciptakan aplikasi edukasi berbasis
lokal dan menggandeng pemerintah daerah untuk mengimplementasikannya.
·
Dosen
Ilmu Gizi yang mengembangkan produk makanan fungsional dari
hasil risetnya dan kini dipasarkan melalui UMKM binaan.
·
Dosen
Ekonomi yang mendirikan koperasi digital bersama alumni dan
menjadi model ekonomi inklusif di wilayahnya.
Mereka tidak meninggalkan dunia akademik, justru memperkaya kontribusinya.
Lalu, Apa
Peran Kampus?
Kampus sebagai ekosistem juga harus mendukung budaya kewirausahaan akademik.
Beberapa cara yang bisa dilakukan:
·
Membentuk
unit inkubator bisnis dan inovasi dosen
·
Memberikan
insentif khusus untuk dosen yang memiliki paten dan produk komersial
·
Memfasilitasi
pelatihan kewirausahaan akademik lintas prodi
·
Mendorong
program Matching Fund dan kolaborasi industri
Kalau sistemnya mendukung, dosen pasti lebih semangat berinovasi.
Penutup:
Karya Ilmiah yang Bernyawa
Kita tidak harus memilih antara jadi akademisi atau jadi inovator. Kita bisa
jadi keduanya. Bahkan, di era Kampus Merdeka dan Industri 5.0, peran dosen
sebagai penggerak perubahan makin penting.
Kewirausahaan akademik bukan hanya soal menghasilkan uang. Tapi soal
menjadikan ilmu pengetahuan punya nyawa. Ia
hidup, bergerak, dan memberi manfaat langsung pada masyarakat.
Jadi, siapkah kita melangkah menjadi dosen yang bukan hanya mengajar dan
meneliti, tapi juga mencipta dan berkontribusi lebih luas?
Mari mulai dari langkah kecil—dan biarkan ide-ide kita menemukan jalannya
menuju dunia nyata.
Salam hangat dari
Ruang Dosen—tempat para pendidik berbagi semangat, cerita, dan cita-cita untuk
masa depan pendidikan yang lebih berdampak.
🌱 Kalau kamu punya pengalaman soal riset yang jadi
produk atau program, ceritakan di kolom komentar ya! Bisa jadi inspirasi buat
yang lain.
Komentar
Posting Komentar