Entri yang Diunggulkan

Mengenal Instrumen Penilaian Persepsional DYS pada Serdos 2025: Panduan bagi Calon Dosen Bersertifikat

Mengenal Instrumen Penilaian Persepsional DYS pada Serdos 2025: Panduan bagi Calon Dosen Bersertifikat Sertifikasi Dosen (Serdos) merupakan salah satu instrumen strategis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk menjamin mutu pendidik di perguruan tinggi. Dalam proses ini, setiap calon peserta sertifikasi (DYS – Dosen Yang Disertifikasi) harus melalui serangkaian tahapan penilaian, salah satunya adalah Penilaian Persepsional . Penilaian persepsional bertujuan untuk memperoleh gambaran objektif tentang kompetensi seorang dosen berdasarkan persepsi dirinya sendiri, atasan, dan sejawat. Pada artikel ini, kita akan membahas instrumen penilaian persepsional oleh DYS yang digunakan dalam Serdos Tahun 2025 Sesi ke-1.   Apa Itu Instrumen Penilaian Persepsional oleh DYS? Instrumen ini merupakan lembar penilaian yang diisi langsung oleh dosen yang sedang mengikuti proses sertifikasi. Penilaian dilakukan secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab, denga...

Persiapan Video Pengajaran untuk Portofolio Serdos 2025: Santai tapi Serius!

 

Sukses Serdos 

Persiapan Video Pengajaran untuk Portofolio Serdos 2025: Santai tapi Serius!

Halo Bapak/Ibu Dosen yang luar biasa!

Sudah siap-siap menyambut Serdos 2025? Nah, salah satu elemen penting dalam proses sertifikasi dosen ini adalah penyusunan portofolio, dan di dalamnya ada bagian yang cukup krusial yaitu video pengajaran. Bagi yang baru pertama kali ikut Serdos atau yang pengin upgrade kualitas video tahun ini, artikel ini bisa jadi panduan nonformal tapi tetap lengkap buat Bapak/Ibu.

Yuk kita kupas satu per satu apa saja yang perlu disiapkan untuk bagian video pengajaran ini. Karena walaupun kelihatannya simpel – rekam diri sendiri saat ngajar – nyatanya ada banyak hal yang harus diperhatikan biar hasilnya maksimal dan “layak Serdos”.

 

1. RPS Harus Siap dan Sesuai

Sebelum Bapak/Ibu menyalakan kamera atau menata slide, pastikan dulu Rencana Pembelajaran Semester (RPS) sudah lengkap. Kenapa penting? Karena video pengajaran yang dibuat harus sinkron dengan isi RPS.

📌 Catatan penting:

·         Pastikan RPS ditandatangani oleh Kaprodi dan Dosen Pengampu Mata Kuliah.

·         Tanda tangan harus asli, bukan hasil scan, dan jangan lupa cap/stempel resmi dari Prodi.

RPS ini bukan cuma formalitas ya. RPS adalah landasan pembelajaran, jadi apa yang Bapak/Ibu ajarkan di video harus sesuai dengan kompetensi dan submateri yang tercantum di dalamnya. Kalau isi video beda dengan RPS, bisa jadi poin minus saat penilaian.

 

2. Pilih Mata Kuliah yang Relevan dengan Keilmuan

Ini juga penting: jangan asal pilih mata kuliah. Video pengajaran harus berasal dari mata kuliah yang linier dengan bidang keilmuan Bapak/Ibu.

Misalnya, kalau bidang keahlian Bapak/Ibu adalah Pendidikan Bahasa Indonesia, ya jangan membuat video untuk mata kuliah Statistik atau Ekonomi Mikro. Reviewer bisa mempertanyakan relevansinya, dan ini bisa berdampak pada penilaian.

📌 Tips:
Pilih mata kuliah yang:

·         Sudah biasa Bapak/Ibu ampu,

·         Sudah paham luar-dalam materinya,

·         Sesuai dengan bidang keilmuan di ijazah terakhir.

 

3. Hindari Materi yang Terlalu Mudah

Serius lho, ini sering jadi catatan dari reviewer: “Materinya terlalu dasar.” Maksudnya, hindari mengambil topik yang terlalu permukaan atau levelnya sangat dasar.

Video pengajaran ini adalah ajang unjuk kompetensi akademik. Jadi pastikan Bapak/Ibu memilih materi yang cukup menantang, mencerminkan pemahaman mendalam, dan memberi gambaran bahwa Bapak/Ibu memang ahli di bidangnya.

Contohnya:

·         Jangan bahas “Pengertian dan Jenis-jenis Komunikasi” saja, tapi masuk ke strategi komunikasi efektif dalam pembelajaran lintas budaya.

·         Jangan cuma jelaskan “apa itu pantun”, tapi masuk ke analisis struktur dan fungsi pantun dalam sastra lisan daerah.

 

4. Tunjukkan Penguasaan Materi

Kalau sudah pilih materi yang tepat, selanjutnya tinggal “unjuk gigi” alias tunjukkan bahwa Bapak/Ibu benar-benar menguasainya.

Apa saja indikator penguasaan materi?

·         Menjelaskan tanpa membaca teks terus-menerus.

·         Menyambungkan teori ke contoh nyata.

·         Menjawab pertanyaan mahasiswa (kalau video diambil dari kelas live).

·         Tahu referensi dan bisa menyebutkan sumber-sumber ilmiah.

Bapak/Ibu boleh banget pakai catatan kecil atau slide, tapi jangan sampai terlihat kaku atau seperti membaca naskah berita. Reviewer senang melihat dosen yang berbicara lancar dan natural.

 

5. Metode, Media, dan Evaluasi Harus Jelas

Bagian ini kadang terlupakan padahal penting banget. Di video pengajaran, reviewer ingin melihat:

·         Metode mengajar yang dipakai (misalnya ceramah interaktif, diskusi, studi kasus),

·         Media pembelajaran yang digunakan (slide PowerPoint, video, aplikasi, dsb),

·         Dan evaluasi pembelajaran, misalnya memberi pertanyaan, tugas, atau kuis.

📌 Bonus poin jika:

·         Ada interaksi dengan mahasiswa,

·         Mahasiswa aktif bertanya atau berdiskusi,

·         Ada penggunaan teknologi berbasis TIK seperti Kahoot, Mentimeter, Google Classroom, dsb.

Interaksi adalah kunci. Jangan sampai videonya seperti monolog selama 30 menit. Ajak mahasiswa bicara, berikan tugas langsung, atau tampilkan hasil diskusi kelompok.

 

6. Gunakan Teknologi Secara Cerdas

Zaman sekarang, rekam video ngajar bukan cuma duduk di depan laptop dan ngomong ke kamera. Bapak/Ibu bisa pakai berbagai teknologi untuk bikin video jadi lebih interaktif dan menarik.

Contohnya:

·         Pakai OBS Studio untuk menggabungkan tampilan wajah dan slide.

·         Gunakan Zoom atau Google Meet untuk rekam perkuliahan langsung.

·         Manfaatkan PowerPoint dengan fitur rekam suara dan video.

·         Tambahkan caption atau teks poin-poin penting agar lebih mudah dipahami.

Teknologi ini bukan hanya mempercantik tampilan, tapi juga menunjukkan bahwa Bapak/Ibu adaptif dan mengikuti perkembangan pembelajaran digital.

 

7. Durasi Maksimal 30 Menit, Jangan Lebih

Durasi video pengajaran untuk Serdos dibatasi maksimal 30 menit. Jadi, pastikan semua komponen penting masuk dalam waktu tersebut.

Struktur umum video yang ideal:

1.      Pembuka (2–5 menit): Salam, tujuan pembelajaran, pengantar materi.

2.      Inti (20–25 menit): Penjelasan materi, diskusi, contoh, praktik.

3.      Penutup (3–5 menit): Kesimpulan, tugas, refleksi, atau pertanyaan lanjutan.

Kalau lebih dari 30 menit, bisa-bisa dianggap tidak sesuai pedoman. Tapi kalau terlalu pendek (misalnya cuma 10 menit), juga bisa jadi pertanyaan: “Kok materi sedikit banget?”

 

8. Belajar dari Contoh yang Sudah Ada

Kalau masih bingung harus mulai dari mana, jangan malu belajar dari teman-teman dosen lain. Banyak yang sudah pernah buat video pengajaran Serdos dan bersedia berbagi.

📌 Langkah-langkah praktis:

·         Tanya langsung ke kolega yang sudah lulus Serdos.

·         Minta contoh video mereka.

·         Akses video pengajaran di YouTube dengan kata kunci “Video Pengajaran Serdos”.

Belajar dari contoh nyata bisa memberi gambaran yang lebih konkret. Bukan untuk meniru, tapi untuk inspirasi.

 

Penutup: Siapkan dari Sekarang, Jangan Melempem!

Bapak/Ibu dosen yang luar biasa, persiapan untuk Serdos tidak perlu ditunda-tunda. Video pengajaran adalah bagian penting dalam portofolio yang menunjukkan kompetensi pedagogik kita sebagai pendidik di pendidikan tinggi.

Mulai sekarang, yuk:

·         Cek ulang RPS.

·         Pilih materi yang sesuai dan menantang.

·         Siapkan alat dan teknologi yang akan digunakan.

·         Lakukan beberapa kali latihan atau take video.

·         Minta masukan dari teman sejawat sebelum finalisasi.

Ingat, tujuan dari Serdos bukan sekadar mendapatkan sertifikat atau tunjangan, tapi sebagai bentuk pengakuan bahwa kita memang menjalankan profesi dosen dengan baik, penuh dedikasi, dan siap terus berkembang.

 

Sosialisasi Jadwal dan Petunjuk Teknis Sertifikasi Pendidik untuk Dosen Tahun 2025: Dorong Profesionalisme dan Mutu Pengajaran di Perguruan Tinggi


Komentar