 |
Sukses Serdos |
Persiapan Video Pengajaran untuk Portofolio Serdos 2025:
Santai tapi Serius!
Halo Bapak/Ibu Dosen yang luar biasa!
Sudah siap-siap menyambut Serdos 2025? Nah, salah
satu elemen penting dalam proses sertifikasi dosen ini adalah penyusunan portofolio,
dan di dalamnya ada bagian yang cukup krusial yaitu video pengajaran. Bagi yang baru pertama kali
ikut Serdos atau yang pengin upgrade kualitas video tahun ini, artikel ini bisa
jadi panduan nonformal tapi tetap lengkap buat Bapak/Ibu.
Yuk kita kupas satu per satu apa saja yang
perlu disiapkan untuk bagian video pengajaran ini. Karena walaupun kelihatannya
simpel – rekam diri sendiri saat ngajar – nyatanya ada banyak hal yang harus
diperhatikan biar hasilnya maksimal dan “layak Serdos”.
1. RPS Harus Siap dan Sesuai
Sebelum Bapak/Ibu menyalakan kamera atau
menata slide, pastikan dulu Rencana
Pembelajaran Semester (RPS) sudah lengkap. Kenapa penting?
Karena video pengajaran yang dibuat harus sinkron dengan isi RPS.
📌 Catatan penting:
·
Pastikan RPS ditandatangani oleh Kaprodi dan Dosen
Pengampu Mata Kuliah.
·
Tanda tangan harus asli, bukan hasil scan,
dan jangan lupa cap/stempel resmi dari
Prodi.
RPS ini bukan cuma formalitas ya. RPS adalah
landasan pembelajaran, jadi apa yang Bapak/Ibu ajarkan di video harus sesuai
dengan kompetensi dan submateri yang tercantum di dalamnya. Kalau isi video
beda dengan RPS, bisa jadi poin minus saat penilaian.
2. Pilih Mata
Kuliah yang Relevan dengan Keilmuan
Ini juga penting: jangan asal pilih mata kuliah.
Video pengajaran harus berasal dari mata
kuliah yang linier dengan bidang keilmuan Bapak/Ibu.
Misalnya, kalau bidang keahlian Bapak/Ibu
adalah Pendidikan Bahasa Indonesia, ya jangan membuat video untuk mata kuliah
Statistik atau Ekonomi Mikro. Reviewer bisa mempertanyakan relevansinya, dan
ini bisa berdampak pada penilaian.
📌 Tips:
Pilih mata kuliah yang:
·
Sudah biasa Bapak/Ibu ampu,
·
Sudah paham luar-dalam
materinya,
·
Sesuai dengan bidang
keilmuan di ijazah terakhir.
3. Hindari Materi yang Terlalu
Mudah
Serius lho, ini sering jadi catatan dari
reviewer: “Materinya terlalu dasar.” Maksudnya, hindari mengambil topik yang
terlalu permukaan atau levelnya sangat dasar.
Video pengajaran ini adalah ajang unjuk kompetensi akademik.
Jadi pastikan Bapak/Ibu memilih materi yang cukup menantang, mencerminkan
pemahaman mendalam, dan memberi gambaran bahwa Bapak/Ibu memang ahli di
bidangnya.
Contohnya:
·
Jangan bahas “Pengertian
dan Jenis-jenis Komunikasi” saja, tapi masuk ke strategi komunikasi efektif
dalam pembelajaran lintas budaya.
·
Jangan cuma jelaskan “apa
itu pantun”, tapi masuk ke analisis struktur dan fungsi pantun dalam sastra
lisan daerah.
4. Tunjukkan Penguasaan Materi
Kalau sudah pilih materi yang tepat,
selanjutnya tinggal “unjuk gigi” alias tunjukkan
bahwa Bapak/Ibu benar-benar menguasainya.
Apa saja indikator penguasaan materi?
·
Menjelaskan tanpa membaca
teks terus-menerus.
·
Menyambungkan teori ke
contoh nyata.
·
Menjawab pertanyaan
mahasiswa (kalau video diambil dari kelas live).
·
Tahu referensi dan bisa
menyebutkan sumber-sumber ilmiah.
Bapak/Ibu boleh banget pakai catatan kecil
atau slide, tapi jangan sampai terlihat kaku atau seperti membaca naskah
berita. Reviewer senang melihat dosen yang berbicara lancar dan natural.
5. Metode,
Media, dan Evaluasi Harus Jelas
Bagian ini kadang terlupakan padahal penting
banget. Di video pengajaran, reviewer ingin melihat:
·
Metode mengajar yang
dipakai (misalnya ceramah interaktif, diskusi, studi kasus),
·
Media pembelajaran yang
digunakan (slide PowerPoint, video, aplikasi, dsb),
·
Dan evaluasi pembelajaran,
misalnya memberi pertanyaan, tugas, atau kuis.
📌 Bonus poin jika:
·
Ada interaksi dengan mahasiswa,
·
Mahasiswa aktif bertanya atau berdiskusi,
·
Ada penggunaan teknologi berbasis TIK
seperti Kahoot, Mentimeter, Google Classroom, dsb.
Interaksi adalah kunci. Jangan sampai videonya
seperti monolog selama 30 menit. Ajak mahasiswa bicara, berikan tugas langsung,
atau tampilkan hasil diskusi kelompok.
6. Gunakan Teknologi Secara
Cerdas
Zaman sekarang, rekam video ngajar bukan cuma
duduk di depan laptop dan ngomong ke kamera. Bapak/Ibu bisa pakai berbagai
teknologi untuk bikin video jadi lebih interaktif dan menarik.
Contohnya:
·
Pakai OBS Studio untuk
menggabungkan tampilan wajah dan slide.
·
Gunakan Zoom atau Google Meet untuk rekam
perkuliahan langsung.
·
Manfaatkan PowerPoint dengan fitur rekam suara dan
video.
·
Tambahkan caption atau teks
poin-poin penting agar lebih mudah dipahami.
Teknologi ini bukan hanya mempercantik
tampilan, tapi juga menunjukkan bahwa Bapak/Ibu adaptif dan mengikuti
perkembangan pembelajaran digital.
7. Durasi
Maksimal 30 Menit, Jangan Lebih
Durasi video pengajaran untuk Serdos dibatasi maksimal 30 menit. Jadi,
pastikan semua komponen penting masuk dalam waktu tersebut.
Struktur umum video yang ideal:
1.
Pembuka (2–5 menit):
Salam, tujuan pembelajaran, pengantar materi.
2.
Inti (20–25 menit):
Penjelasan materi, diskusi, contoh, praktik.
3.
Penutup (3–5 menit):
Kesimpulan, tugas, refleksi, atau pertanyaan lanjutan.
Kalau lebih dari 30 menit, bisa-bisa dianggap
tidak sesuai pedoman. Tapi kalau terlalu pendek (misalnya cuma 10 menit), juga
bisa jadi pertanyaan: “Kok materi sedikit banget?”
8. Belajar
dari Contoh yang Sudah Ada
Kalau masih bingung harus mulai dari mana, jangan malu belajar dari teman-teman
dosen lain. Banyak yang sudah pernah buat video pengajaran
Serdos dan bersedia berbagi.
📌 Langkah-langkah praktis:
·
Tanya langsung ke kolega
yang sudah lulus Serdos.
·
Minta contoh video mereka.
·
Akses video pengajaran di YouTube dengan kata kunci
“Video Pengajaran Serdos”.
Belajar dari contoh nyata bisa memberi
gambaran yang lebih konkret. Bukan untuk meniru, tapi untuk inspirasi.
Penutup: Siapkan dari
Sekarang, Jangan Melempem!
Bapak/Ibu dosen yang luar biasa, persiapan
untuk Serdos tidak perlu ditunda-tunda. Video
pengajaran adalah bagian penting dalam portofolio yang
menunjukkan kompetensi pedagogik kita sebagai pendidik di pendidikan tinggi.
Mulai sekarang, yuk:
·
Cek ulang RPS.
·
Pilih materi yang sesuai
dan menantang.
·
Siapkan alat dan teknologi
yang akan digunakan.
·
Lakukan beberapa kali
latihan atau take video.
·
Minta masukan dari teman
sejawat sebelum finalisasi.
Ingat, tujuan
dari Serdos bukan sekadar mendapatkan sertifikat atau tunjangan,
tapi sebagai bentuk pengakuan bahwa kita memang menjalankan profesi dosen
dengan baik, penuh dedikasi, dan siap terus berkembang.
Sosialisasi Jadwal dan Petunjuk Teknis Sertifikasi Pendidik untuk Dosen Tahun 2025: Dorong Profesionalisme dan Mutu Pengajaran di Perguruan Tinggi
Komentar
Posting Komentar