Tips Mengikuti Konferensi Ilmiah Nasional dan Internasional: Panduan Santai Tapi Serius untuk Dosen dan Mahasiswa
Mengikuti konferensi ilmiah itu ibarat ikut
ajang unjuk gigi bagi para akademisi dan peneliti. Di sinilah kita bisa
memamerkan hasil riset, menjalin relasi, menyerap ilmu, bahkan kadang dapat
kesempatan emas untuk publikasi. Tapi, bagi sebagian orang—terutama
pemula—konferensi bisa terasa menakutkan: harus presentasi di depan banyak
orang, bahasa Inggris, atau bingung gimana cara submit paper. Tenang, semuanya
bisa dipelajari.
Artikel ini hadir buat kamu yang pengen ikut
konferensi ilmiah nasional atau internasional tapi masih belum pede. Kita bahas
secara santai tapi tetap berbobot: mulai dari memilih konferensi yang tepat,
menyiapkan abstrak, teknik presentasi, hingga etika selama konferensi
berlangsung.
Kenapa Perlu Ikut Konferensi Ilmiah?
Sebelum kita masuk ke tips teknis, mari kita
pahami dulu kenapa sih ikut konferensi itu
penting? Bukan sekadar jalan-jalan akademik, lho.
1.
Publikasi Cepat
dan Terindeks
Banyak konferensi yang terindeks di Scopus, WoS, atau Sinta. Ini bisa jadi
“jalan tol” buat mempercepat publikasi artikel kita. Bahkan ada konferensi yang
langsung memfasilitasi publikasi ke jurnal mitra.
2.
Jaring Relasi
(Networking)
Di konferensi, kamu bisa ketemu peneliti lain dari berbagai daerah atau negara.
Siapa tahu bisa lanjut kolaborasi riset atau joint publication.
3.
Mengasah
Kemampuan Presentasi
Beda loh, antara jago nulis dan jago ngomongin hasil riset. Presentasi di forum
akademik bikin kamu makin percaya diri dan terasah secara retorika ilmiah.
4.
Mengikuti Tren
Riset Terkini
Di konferensi, kamu bisa dapat bocoran riset terbaru dari para pakar. Ini
sangat membantu menentukan arah penelitian ke depan (Rowe, 2018).
1. Pilih Konferensi yang Tepat untuk Levelmu
Pertama-tama, jangan asal daftar konferensi.
Cek dulu:
·
Apakah
sesuai bidangmu? Jangan daftar konferensi teknologi padahal kamu
bidang bahasa.
·
Terindeks
di mana? Jika kamu kejar Scopus, cek dulu ISSN dan indexing-nya.
·
Apakah
prosidingnya betul-betul terbit? Hati-hati dengan konferensi abal-abal
yang hanya mengeruk uang.
·
Siapa
penyelenggaranya? Lembaga kredibel seperti universitas, asosiasi
profesi, atau publisher besar biasanya terpercaya.
Menurut Beall (2012), fenomena konferensi
predator makin marak, jadi kita harus lebih selektif agar tidak membuang waktu
dan biaya.
2. Persiapkan Abstrak dengan Matang
Abstrak adalah kunci awal! Hampir semua
konferensi membuka call for papers
dengan seleksi berbasis abstrak. Jadi, pastikan abstrakmu:
·
Ringkas tapi padat informasi,
·
Memuat tujuan, metode, hasil, dan implikasi,
·
Ditulis dengan bahasa akademik yang jelas,
·
Mengikuti format panitia (jumlah kata, gaya
kutipan, dll).
Kalau kamu ikut konferensi internasional,
jangan ragu minta bantuan proofreader untuk memeriksa tata bahasa Inggrisnya.
Abstrak yang rapi dan to the point akan lebih mudah diterima.
3. Siapkan Presentasi: Ringkas, Visual, dan
Menarik
Setelah abstrakmu diterima, waktunya bikin
presentasi. Jangan asal comot isi skripsi atau artikel lalu dijadikan slide.
Presentasi yang baik itu:
·
10-15
slide cukup, jangan penuh tulisan.
·
Gunakan gambar,
grafik, atau diagram untuk menjelaskan data.
·
Tampilkan temuan
utama dan rekomendasi singkat.
·
Gunakan font
besar dan mudah dibaca, serta latar yang bersih.
·
Jangan lupa latihan, apalagi kalau pakai bahasa
Inggris!
"Good academic presentation is not about
impressing others with complex jargon, but about conveying your ideas clearly
and engagingly" (Munter & Russell, 2014).
4. Kenali Format Konferensi: Oral vs Poster vs
Virtual
Konferensi sekarang makin bervariasi
formatnya. Pastikan kamu tahu jenis presentasi apa yang kamu dapat:
·
Oral
presentation: kamu bicara di depan audiens 10–15 menit.
·
Poster
presentation: kamu tampilkan poster besar dan siap menjelaskan saat
sesi interaktif.
·
Virtual
conference: presentasi lewat Zoom atau platform lain. Pastikan
internet stabil!
Masing-masing punya tantangan tersendiri, jadi
sesuaikan persiapanmu.
5. Jaga Etika Akademik
Konferensi bukan tempat jualan, bukan juga
ajang debat kusir. Beberapa etika penting yang harus dijaga:
·
Jangan plagiarisme, meskipun hanya
"copas" dari artikel sendiri.
·
Hormati waktu presentasi (jangan molor!).
·
Dengarkan presentasi orang lain dengan hormat,
jangan main HP.
·
Saat tanya jawab, sampaikan pertanyaan dengan
sopan dan to the point.
·
Kalau mau rekam atau foto presentasi, minta izin
dulu.
Etika akademik itu bagian dari reputasi.
Sekali kamu dikenal tidak etis, bisa susah diundang lagi.
6. Manfaatkan Networking Sebaik Mungkin
Konferensi bukan cuma soal presentasi. Gunakan
kesempatan ini untuk:
·
Kenalan dengan peneliti lain,
·
Minta feedback tentang risetmu,
·
Cari potensi kolaborasi,
·
Gabung komunitas riset yang lebih luas.
Bawa kartu nama (atau buat QR ke profil Google
Scholar-mu), dan jangan malu berbicara. Siapa tahu dari ngobrol singkat kamu
dapat kesempatan kolaborasi internasional!
7. Follow-up Setelah Konferensi
Setelah konferensi selesai, jangan langsung
move on. Ada beberapa hal penting yang bisa kamu lakukan:
·
Kirim email terima kasih ke panitia atau
co-presenter.
·
Upload foto dokumentasi di media sosial (jangan
lupa tag institusi kamu!).
·
Revisi artikel jika diminta oleh panitia untuk
diterbitkan.
·
Tambahkan pengalaman konferensi ke CV akademik
dan akun SINTA/Google Scholar.
Mengikuti konferensi juga menunjukkan
aktivitas akademikmu aktif dan bisa jadi nilai plus untuk beasiswa, promosi
jabatan, dan akreditasi kampus.
8. Tips Keuangan dan Pendanaan
Masalah klasik dalam ikut konferensi adalah: biaya. Apalagi kalau konferensinya di
luar negeri. Tapi tenang, ada beberapa cara menyiasatinya:
·
Cari hibah
dari kampus (LPDP, LLDIKTI, atau universitas),
·
Ikut sebagai
pemakalah, biasanya dapat potongan biaya dibanding peserta biasa,
·
Gabung
konferensi daring yang lebih murah bahkan gratis,
·
Ajukan
proposal pembiayaan khusus jika kamu dosen muda atau mahasiswa S2/S3.
Beberapa lembaga juga punya skema pendanaan
seperti travel grant atau conference support untuk peneliti pemula.
Kesimpulan: Konferensi Itu Investasi Ilmiah
Ikut konferensi ilmiah itu bukan sekadar hadir
dan selfie. Ini adalah bagian dari proses membentuk identitasmu sebagai
akademisi. Makin sering kamu tampil, makin kuat reputasimu. Tapi ingat, jangan
asal ikut—pilih yang berkualitas, siapkan dengan matang, dan maksimalkan
manfaatnya.
Yang paling penting: jangan takut memulai. Banyak peneliti hebat dulunya juga
gugup saat pertama kali ikut konferensi. Tapi karena konsisten, sekarang mereka
jadi pembicara utama!
Seperti kata pepatah akademik (yang mungkin
belum ada): "Satu konferensi bisa
mengubah arah risetmu—asal kamu datang dengan niat dan pulang dengan
jaringan."
Referensi
Beall, J. (2012). Predatory publishers are
corrupting open access. Nature,
489(7415), 179.
Munter, M., & Russell, L. (2014). Guide to presentations (4th ed.). Pearson.
Rowe, N. (2018). When you get what you want,
but not what you need: The motivations, affordances and shortcomings of
attending academic/scientific conferences. International
Journal of Research in Education and Science (IJRES), 4(2), 714–729.
Komentar
Posting Komentar