Entri yang Diunggulkan

Bagaimana Dosen Dapat Menjadi Agen Perubahan di Kampus?

Oleh: Ruang Dosen Halo, para kolega dosen yang selalu semangat berkarya di ruang kelas maupun luar kelas! 👋 Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, "Sebenarnya, peran saya di kampus ini cuma sebatas ngajar, bikin soal, dan setor nilai, atau bisa lebih dari itu?" Kalau pertanyaan itu muncul, selamat! Artinya kamu sedang berada di titik reflektif yang sehat. Sebab faktanya, dosen bukan hanya pengajar , tapi juga bisa menjadi agen perubahan di lingkungan kampus . Tunggu dulu, “agen perubahan”? Kedengarannya berat, ya? Tenang. Kita tidak sedang bicara tentang superhero yang menyelamatkan dunia, tapi lebih ke peran-peran kecil namun berdampak besar yang bisa kita mainkan sebagai bagian dari komunitas akademik. Yuk, kita ulas bersama: bagaimana dosen bisa menjadi agen perubahan di kampus, dengan cara yang realistis, aplikatif, dan pastinya nggak bikin stres.   🎯 Apa Itu Agen Perubahan? Sebelum jauh-jauh membahas peran dosen, mari kita pahami dulu apa itu agen peruba...

Tips Mengikuti Konferensi Ilmiah Nasional dan Internasional: Panduan Santai Tapi Serius untuk Dosen dan Mahasiswa

Tips Mengikuti Konferensi Ilmiah Nasional dan Internasional: Panduan Santai Tapi Serius untuk Dosen dan Mahasiswa

Mengikuti konferensi ilmiah itu ibarat ikut ajang unjuk gigi bagi para akademisi dan peneliti. Di sinilah kita bisa memamerkan hasil riset, menjalin relasi, menyerap ilmu, bahkan kadang dapat kesempatan emas untuk publikasi. Tapi, bagi sebagian orang—terutama pemula—konferensi bisa terasa menakutkan: harus presentasi di depan banyak orang, bahasa Inggris, atau bingung gimana cara submit paper. Tenang, semuanya bisa dipelajari.

Artikel ini hadir buat kamu yang pengen ikut konferensi ilmiah nasional atau internasional tapi masih belum pede. Kita bahas secara santai tapi tetap berbobot: mulai dari memilih konferensi yang tepat, menyiapkan abstrak, teknik presentasi, hingga etika selama konferensi berlangsung.

 

Kenapa Perlu Ikut Konferensi Ilmiah?

Sebelum kita masuk ke tips teknis, mari kita pahami dulu kenapa sih ikut konferensi itu penting? Bukan sekadar jalan-jalan akademik, lho.

1.      Publikasi Cepat dan Terindeks
Banyak konferensi yang terindeks di Scopus, WoS, atau Sinta. Ini bisa jadi “jalan tol” buat mempercepat publikasi artikel kita. Bahkan ada konferensi yang langsung memfasilitasi publikasi ke jurnal mitra.

2.      Jaring Relasi (Networking)
Di konferensi, kamu bisa ketemu peneliti lain dari berbagai daerah atau negara. Siapa tahu bisa lanjut kolaborasi riset atau joint publication.

3.      Mengasah Kemampuan Presentasi
Beda loh, antara jago nulis dan jago ngomongin hasil riset. Presentasi di forum akademik bikin kamu makin percaya diri dan terasah secara retorika ilmiah.

4.      Mengikuti Tren Riset Terkini
Di konferensi, kamu bisa dapat bocoran riset terbaru dari para pakar. Ini sangat membantu menentukan arah penelitian ke depan (Rowe, 2018).

 

1. Pilih Konferensi yang Tepat untuk Levelmu

Pertama-tama, jangan asal daftar konferensi. Cek dulu:

·         Apakah sesuai bidangmu? Jangan daftar konferensi teknologi padahal kamu bidang bahasa.

·         Terindeks di mana? Jika kamu kejar Scopus, cek dulu ISSN dan indexing-nya.

·         Apakah prosidingnya betul-betul terbit? Hati-hati dengan konferensi abal-abal yang hanya mengeruk uang.

·         Siapa penyelenggaranya? Lembaga kredibel seperti universitas, asosiasi profesi, atau publisher besar biasanya terpercaya.

Menurut Beall (2012), fenomena konferensi predator makin marak, jadi kita harus lebih selektif agar tidak membuang waktu dan biaya.

 

2. Persiapkan Abstrak dengan Matang

Abstrak adalah kunci awal! Hampir semua konferensi membuka call for papers dengan seleksi berbasis abstrak. Jadi, pastikan abstrakmu:

·         Ringkas tapi padat informasi,

·         Memuat tujuan, metode, hasil, dan implikasi,

·         Ditulis dengan bahasa akademik yang jelas,

·         Mengikuti format panitia (jumlah kata, gaya kutipan, dll).

Kalau kamu ikut konferensi internasional, jangan ragu minta bantuan proofreader untuk memeriksa tata bahasa Inggrisnya. Abstrak yang rapi dan to the point akan lebih mudah diterima.

 

3. Siapkan Presentasi: Ringkas, Visual, dan Menarik

Setelah abstrakmu diterima, waktunya bikin presentasi. Jangan asal comot isi skripsi atau artikel lalu dijadikan slide. Presentasi yang baik itu:

·         10-15 slide cukup, jangan penuh tulisan.

·         Gunakan gambar, grafik, atau diagram untuk menjelaskan data.

·         Tampilkan temuan utama dan rekomendasi singkat.

·         Gunakan font besar dan mudah dibaca, serta latar yang bersih.

·         Jangan lupa latihan, apalagi kalau pakai bahasa Inggris!

"Good academic presentation is not about impressing others with complex jargon, but about conveying your ideas clearly and engagingly" (Munter & Russell, 2014).

 

4. Kenali Format Konferensi: Oral vs Poster vs Virtual

Konferensi sekarang makin bervariasi formatnya. Pastikan kamu tahu jenis presentasi apa yang kamu dapat:

·         Oral presentation: kamu bicara di depan audiens 10–15 menit.

·         Poster presentation: kamu tampilkan poster besar dan siap menjelaskan saat sesi interaktif.

·         Virtual conference: presentasi lewat Zoom atau platform lain. Pastikan internet stabil!

Masing-masing punya tantangan tersendiri, jadi sesuaikan persiapanmu.

 

5. Jaga Etika Akademik

Konferensi bukan tempat jualan, bukan juga ajang debat kusir. Beberapa etika penting yang harus dijaga:

·         Jangan plagiarisme, meskipun hanya "copas" dari artikel sendiri.

·         Hormati waktu presentasi (jangan molor!).

·         Dengarkan presentasi orang lain dengan hormat, jangan main HP.

·         Saat tanya jawab, sampaikan pertanyaan dengan sopan dan to the point.

·         Kalau mau rekam atau foto presentasi, minta izin dulu.

Etika akademik itu bagian dari reputasi. Sekali kamu dikenal tidak etis, bisa susah diundang lagi.

 

6. Manfaatkan Networking Sebaik Mungkin

Konferensi bukan cuma soal presentasi. Gunakan kesempatan ini untuk:

·         Kenalan dengan peneliti lain,

·         Minta feedback tentang risetmu,

·         Cari potensi kolaborasi,

·         Gabung komunitas riset yang lebih luas.

Bawa kartu nama (atau buat QR ke profil Google Scholar-mu), dan jangan malu berbicara. Siapa tahu dari ngobrol singkat kamu dapat kesempatan kolaborasi internasional!

 

7. Follow-up Setelah Konferensi

Setelah konferensi selesai, jangan langsung move on. Ada beberapa hal penting yang bisa kamu lakukan:

·         Kirim email terima kasih ke panitia atau co-presenter.

·         Upload foto dokumentasi di media sosial (jangan lupa tag institusi kamu!).

·         Revisi artikel jika diminta oleh panitia untuk diterbitkan.

·         Tambahkan pengalaman konferensi ke CV akademik dan akun SINTA/Google Scholar.

Mengikuti konferensi juga menunjukkan aktivitas akademikmu aktif dan bisa jadi nilai plus untuk beasiswa, promosi jabatan, dan akreditasi kampus.

 

8. Tips Keuangan dan Pendanaan

Masalah klasik dalam ikut konferensi adalah: biaya. Apalagi kalau konferensinya di luar negeri. Tapi tenang, ada beberapa cara menyiasatinya:

·         Cari hibah dari kampus (LPDP, LLDIKTI, atau universitas),

·         Ikut sebagai pemakalah, biasanya dapat potongan biaya dibanding peserta biasa,

·         Gabung konferensi daring yang lebih murah bahkan gratis,

·         Ajukan proposal pembiayaan khusus jika kamu dosen muda atau mahasiswa S2/S3.

Beberapa lembaga juga punya skema pendanaan seperti travel grant atau conference support untuk peneliti pemula.

 

Kesimpulan: Konferensi Itu Investasi Ilmiah

Ikut konferensi ilmiah itu bukan sekadar hadir dan selfie. Ini adalah bagian dari proses membentuk identitasmu sebagai akademisi. Makin sering kamu tampil, makin kuat reputasimu. Tapi ingat, jangan asal ikut—pilih yang berkualitas, siapkan dengan matang, dan maksimalkan manfaatnya.

Yang paling penting: jangan takut memulai. Banyak peneliti hebat dulunya juga gugup saat pertama kali ikut konferensi. Tapi karena konsisten, sekarang mereka jadi pembicara utama!

Seperti kata pepatah akademik (yang mungkin belum ada): "Satu konferensi bisa mengubah arah risetmu—asal kamu datang dengan niat dan pulang dengan jaringan."

 

Referensi

Beall, J. (2012). Predatory publishers are corrupting open access. Nature, 489(7415), 179.

Munter, M., & Russell, L. (2014). Guide to presentations (4th ed.). Pearson.

Rowe, N. (2018). When you get what you want, but not what you need: The motivations, affordances and shortcomings of attending academic/scientific conferences. International Journal of Research in Education and Science (IJRES), 4(2), 714–729.

 

Komentar