Menulis Resensi Buku Akademik Secara Efektif: Panduan Santai tapi Berisi
Menulis resensi buku akademik itu seperti ngopi sambil ngobrolin
buku, tapi serius. Ada sisi santainya—karena kita bisa mengekspresikan
pendapat pribadi—tapi juga tetap harus ilmiah dan terstruktur. Bagi dosen,
mahasiswa, atau peneliti, menulis resensi buku adalah salah satu cara produktif
untuk menyampaikan apresiasi sekaligus kritik terhadap karya orang lain.
Tapi jangan salah. Menulis resensi buku bukan cuma “menceritakan ulang isi
buku”. Banyak yang keliru di bagian ini. Resensi buku akademik harus lebih dari
itu: harus bisa menunjukkan kualitas, kedalaman, kontribusi, bahkan kekurangan
buku secara objektif dan elegan.
Nah, kalau kamu ingin mulai menulis resensi buku akademik secara efektif—baik
untuk tugas kuliah, publikasi jurnal, atau sekadar berbagi ilmu di blog
pribadi—artikel ini cocok buat kamu. Kita akan bahas secara nonformal tapi
tetap akademis. Yuk kita mulai.
Apa Itu Resensi Buku Akademik?
Resensi buku akademik adalah tulisan kritis yang mengevaluasi isi,
pendekatan, dan kontribusi dari sebuah buku ilmiah. Tujuan utamanya bukan hanya
memberi ringkasan, tapi menilai apa yang membuat buku itu penting (atau
tidak), berguna (atau tidak), dan layak dibaca (atau tidak).
Menurut Murray (2013), resensi akademik adalah refleksi ilmiah terhadap isi
dan dampak dari sebuah karya tulis, yang berfungsi sebagai jembatan antara
penulis buku dan calon pembaca akademik lainnya.
Kenapa Perlu Menulis Resensi Buku Akademik?
Ada beberapa alasan kenapa menulis resensi buku itu penting, terutama dalam
konteks akademik:
1. Mengasah
kemampuan berpikir kritis.
Kamu belajar tidak hanya memahami isi buku, tapi juga menganalisis pendekatan
dan relevansinya.
2. Memperluas
jejaring keilmuan.
Resensi yang bagus bisa membangun dialog akademik antara kamu, penulis buku,
dan pembaca lain.
3. Menambah
portofolio publikasi.
Banyak jurnal ilmiah menyediakan ruang untuk resensi buku. Cocok buat dosen
atau mahasiswa pascasarjana.
4. Menjadi
referensi pembaca lain.
Pembaca bisa terbantu dalam menentukan apakah buku itu sesuai kebutuhan mereka.
Langkah-langkah Menulis Resensi Buku Akademik
Secara Efektif
1. Pilih Buku yang Relevan dan Terkini
Jangan asal pilih buku. Pastikan buku yang akan diresensi:
·
Sesuai dengan bidang keilmuan kamu
·
Masih relevan dan belum usang (kalau bisa terbit
5 tahun terakhir)
·
Ditulis oleh penulis atau penerbit yang kredibel
Kalau kamu dosen atau mahasiswa linguistik, misalnya, meresensi buku tentang
politik luar negeri mungkin bukan ide bagus. Sesuaikan dengan latar belakang
keilmuanmu.
📚 Contoh buku yang layak diresensi: Research
Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches
oleh John W. Creswell (edisi terbaru)
2. Baca Buku Secara Menyeluruh (dan Aktif!)
Membaca buku untuk diresensi itu beda dengan membaca novel santai. Kamu
harus jadi pembaca aktif: catat poin penting, tandai bagian menarik atau
problematis, dan renungkan struktur penulisan buku tersebut.
Tips:
·
Gunakan sticky notes atau fitur highlight jika
kamu pakai e-book
·
Catat kutipan penting lengkap dengan halaman
(untuk kebutuhan sitasi)
·
Tanyakan dalam hati: “Apa maksud bab ini?
Efektif gak penyampaiannya?”
Menurut Eco (2015), membaca kritis adalah proses dialog antara pembaca dan
teks, yang memungkinkan pembaca memberi makna baru terhadap karya tersebut.
3. Strukturkan Resensi Kamu
Agar resensi buku akademik terasa solid, kamu bisa menggunakan struktur
berikut:
A. Informasi Buku
·
Judul lengkap buku
·
Penulis
·
Tahun terbit
·
Penerbit
·
Jumlah halaman
·
ISBN
Contoh:
Title: Second Language Acquisition: An Introductory
Course
Author: Susan M. Gass & Larry Selinker
Year: 2020 (5th edition)
Publisher: Routledge
Pages: 600 pages
ISBN: 9781138326607
B. Gambaran Umum Isi Buku
Di bagian ini, jelaskan secara ringkas:
·
Tema utama buku
·
Tujuan penulisan
·
Struktur atau bab-bab utama
Hindari menceritakan isi semua bab satu per satu. Cukup garis besar dan
hal-hal menarik.
C. Analisis Kritis
Ini bagian inti resensi. Tanyakan hal-hal berikut:
·
Apa kelebihan buku ini?
·
Apa kelemahan atau keterbatasannya?
·
Apakah buku ini membawa perspektif baru?
·
Bagaimana kualitas referensinya?
·
Apakah bukunya mudah dipahami atau terlalu
teknis?
Misalnya: “Buku ini sangat kuat dalam menjelaskan teori interlanguage, namun
cenderung bias terhadap pendekatan kognitivis dan kurang mengakomodasi
perspektif sosiolinguistik.”
D. Konteks dan Relevansi
·
Siapa audiens utama buku ini?
·
Dalam konteks apa buku ini bisa digunakan?
(pengajaran, penelitian, referensi)
E. Kesimpulan dan Rekomendasi
·
Apakah kamu merekomendasikan buku ini?
·
Untuk siapa buku ini cocok dibaca?
4. Gunakan Gaya Bahasa Akademik tapi Mengalir
Resensi buku itu bukan skripsi. Jadi, meski tetap ilmiah, bahasanya tidak
harus kaku.
Gunakan bahasa yang:
·
Objektif dan sopan (meskipun kamu memberi
kritik)
·
Mengalir dan enak dibaca
·
Tidak penuh jargon jika bisa dihindari
Contoh kalimat efektif:
“Penulis berhasil menjelaskan konsep ‘zone of proximal development’ dengan
jelas, namun contoh aplikasinya dalam konteks kelas Indonesia masih kurang
diperlihatkan.”
5. Cantumkan Sitasi dan Referensi (APA Style)
Kalau kamu mengutip langsung dari buku yang kamu resensi, atau dari sumber
lain sebagai pembanding, gunakan gaya sitasi yang konsisten. APA Style adalah
salah satu yang paling umum.
Contoh kutipan langsung (APA Style):
“Input alone is not sufficient for language acquisition” (Gass &
Selinker, 2020, p. 134).
Contoh referensi:
Gass, S. M., & Selinker, L. (2020). Second language
acquisition: An introductory course (5th ed.). Routledge.
6. Hindari Plagiarisme!
Meskipun kamu “hanya” menulis tentang buku orang lain, tetap wajib menyebut
sumbernya. Jangan copy-paste dari review orang lain tanpa kredit. Plagiarisme
tetap tidak dibenarkan, sekecil apapun.
Tips Tambahan agar Resensimu Layak Publikasi
·
Ikuti pedoman jurnal atau media tempat kamu
ingin mengirim resensi
·
Perhatikan jumlah kata (biasanya 1000–1500 kata)
·
Kirim ke jurnal atau blog ilmiah yang
menyediakan kolom resensi buku
·
Jangan terlalu panjang atau terlalu singkat
Beberapa jurnal ilmiah bahkan rutin memuat review buku, terutama untuk edisi
terbaru. Cobalah cek jurnal seperti TEFLIN Journal,
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, atau Indonesian
Journal of Applied Linguistics.
Kesalahan Umum dalam Resensi Buku Akademik
1. Terlalu
deskriptif, minim analisis.
Resensi bukan ringkasan. Beri pendapat dan evaluasi kritis.
2. Bahasa
terlalu emosional atau tidak objektif.
Hindari kata-kata seperti “ini buku jelek banget” atau “ini buku luar biasa
sekali!” tanpa penjelasan akademik.
3. Tidak
menyebut kelemahan buku.
Bahkan buku terbaik pun punya kekurangan. Tunjukkan itu secara sopan dan
ilmiah.
Penutup: Resensi Buku, Cara Ringan Jadi Ilmuwan
Serius
Menulis resensi buku akademik adalah kegiatan menulis yang sangat
direkomendasikan, terutama bagi dosen dan mahasiswa tingkat akhir. Selain
memperluas wawasan, kegiatan ini juga mengasah kepekaan terhadap karya ilmiah,
meningkatkan kemampuan menulis, dan bisa memperkuat portofolio akademikmu.
Ingat, kamu tidak harus menjadi penulis besar dulu untuk bisa menilai karya
orang lain. Yang penting: membaca dengan cermat, menulis dengan jujur,
dan menyampaikan dengan elegan.
Referensi
Eco, U. (2015). How to write a thesis. MIT
Press.
Gass, S. M., & Selinker, L. (2020). Second language
acquisition: An introductory course (5th ed.). Routledge.
Murray, R. (2013). Writing for academic journals
(3rd ed.). Open University Press.
Komentar
Posting Komentar