Entri yang Diunggulkan

Menyusun Daftar Pustaka dengan Mendeley dan Zotero: Cara Praktis Biar Gak Pusing di Akhir

Menyusun Daftar Pustaka dengan Mendeley dan Zotero: Cara Praktis Biar Gak Pusing di Akhir Siapa yang suka nulis artikel atau skripsi tapi baru nyusun daftar pustaka pas detik-detik terakhir? Kalau kamu salah satunya, kita sepemikiran. Daftar pustaka, meski kelihatan remeh, sering jadi penyebab stres menjelang deadline. Salah satu baris, lupa format, titik koma yang keliru, atau urutan nama yang kacau bisa bikin kita dihukum dosen atau reviewer jurnal. Untungnya, sekarang kita hidup di zaman digital, dan ada dua “penyelamat” utama dalam dunia akademik: Mendeley dan Zotero . Kedua software ini bisa membantu menyusun referensi secara otomatis, konsisten, dan rapi hanya dengan beberapa klik. Tapi tentu saja, kita tetap perlu tahu cara gunainnya dengan benar. Artikel ini bakal ngajak kamu kenalan dan membandingkan Mendeley dan Zotero, sambil kasih tips penggunaan biar kamu bisa fokus nulis tanpa ribet mikirin daftar pustaka.   Kenapa Daftar Pustaka Itu Penting Banget? Sebelum...

Membimbing Mahasiswa dalam Skripsi secara Humanis: Menjadi Dosen yang Didengar, Bukan Ditakuti

Membimbing Mahasiswa dalam Skripsi secara Humanis: Menjadi Dosen yang Didengar, Bukan Ditakuti

Pernah gak sih, dengar curhatan mahasiswa yang stres karena dosennya susah ditemui, ngomongnya galak, atau bimbingannya bikin lebih bingung daripada tercerahkan? Atau jangan-jangan kita sendiri sebagai dosen pernah "terlalu akademis" dan lupa sisi manusianya mahasiswa?

Yup, membimbing skripsi itu bukan cuma soal konten dan metodologi. Itu jelas penting. Tapi pendekatan humanis dalam bimbingan adalah sesuatu yang kerap terlupakan. Padahal, skripsi bukan hanya ujian akademik—tapi juga ujian mental dan emosional bagi mahasiswa. Artikel ini akan mengajak kita ngobrol santai tapi serius tentang bagaimana membimbing skripsi secara humanis, tanpa kehilangan kualitas akademik.

 

Apa Sih Maksudnya Pendekatan Humanis?

Sederhananya, pendekatan humanis adalah ketika dosen memperlakukan mahasiswa sebagai manusia seutuhnya—bukan sekadar penulis skripsi. Mereka punya emosi, ketakutan, keterbatasan, bahkan latar belakang sosial yang mungkin memengaruhi semangat menulis.

Teori ini punya akar kuat dalam psikologi humanistik. Menurut Carl Rogers, hubungan yang baik antara fasilitator (dalam hal ini dosen) dan peserta (mahasiswa) sangat menentukan efektivitas proses belajar (Rogers, 1961). Dalam konteks skripsi, bimbingan yang hangat, empatik, dan membangun akan jauh lebih berdampak dibanding pendekatan yang keras dan penuh tekanan.

 

Kenapa Bimbingan Skripsi Bisa Jadi Momok?

Buat sebagian mahasiswa, skripsi adalah momen paling menakutkan sepanjang kuliah. Ini beberapa alasannya:

1.      Takut Salah
Banyak mahasiswa takut salah nulis, salah teori, atau salah metodologi. Sayangnya, kalau dosennya cepat marah atau kurang sabar, rasa takut itu makin jadi-jadi.

2.      Kurang Percaya Diri
Apalagi kalau mahasiswa merasa kemampuan akademiknya biasa-biasa saja. Mereka jadi ragu menulis, ragu bertanya, ragu mengirim revisi.

3.      Tekanan Sosial dan Keluarga
Mahasiswa semester akhir sering juga dihantui tuntutan dari orang tua dan lingkungan: “Kapan wisuda?”, “Kamu udah skripsi, kan?”

4.      Bimbingan Tidak Teratur
Kadang dosen terlalu sibuk. Mahasiswa nunggu-nunggu tapi gak ada kabar. Akhirnya semangat pun menurun.

 

Prinsip Dasar Bimbingan Humanis

1. Empati

Berusaha memahami situasi mahasiswa. Misalnya, kalau mahasiswa datang lambat menyetor bab, coba tanya dulu, “Kamu kenapa agak telat kali ini?” daripada langsung marah. Empati tidak berarti membiarkan mahasiswa santai tanpa tanggung jawab, tapi memahami alasan sebelum memberi solusi.

“Empathy is seeing with the eyes of another, listening with the ears of another, and feeling with the heart of another” (Rogers, 1961).

2. Dialog, Bukan Monolog

Kadang dosen terlalu dominan, sementara mahasiswa cuma mengangguk-angguk. Dalam pendekatan humanis, bimbingan adalah dialog. Tanyakan pendapat mahasiswa, beri kesempatan mereka menjelaskan alasannya, lalu bantu arahkan.

3. Fokus pada Penguatan

Alih-alih cuma mencari kesalahan, coba mulai dengan mengapresiasi bagian yang sudah bagus. Kalimat sederhana seperti, “Bagian pendahuluannya sudah cukup kuat,” bisa membangun kepercayaan diri mahasiswa.

4. Konsistensi dan Keterbukaan

Mahasiswa akan merasa aman kalau tahu bahwa dosennya terbuka dan konsisten dalam jadwal. Tidak harus selalu 100% tersedia, tapi setidaknya ada komunikasi yang jelas.

 

Strategi Praktis Bimbingan yang Humanis

Buat Jadwal Fleksibel tapi Jelas

Bimbingan tidak selalu harus tatap muka. Gunakan WhatsApp, Google Meet, atau bahkan Google Docs dengan komentar. Penting agar mahasiswa tahu kapan dan bagaimana mereka bisa konsultasi.

Gunakan Bahasa yang Ramah

Ganti “Ini salah total!” dengan “Bagian ini perlu ditinjau ulang, bisa jadi karena teorinya belum pas.” Kata-kata membangun sangat memengaruhi motivasi.

Kenali Karakter Mahasiswa

Ada yang rajin dan cepat. Ada yang pemalu dan butuh dorongan. Ada juga yang pelupa dan perlu ditelepon dulu baru bergerak. Semakin kita kenal, semakin efektif pendekatan kita.

Berikan Target Bertahap

Misalnya: “Minggu ini fokus di latar belakang dulu ya. Nanti minggu depan kita bahas rumusan masalah.” Target kecil terasa lebih ringan.

Berikan Contoh Nyata

Kalau mahasiswa bingung cara menulis teori, beri contoh. Bukan berarti mereka disuruh meniru, tapi agar mereka punya acuan.

 

Mengelola Ekspektasi dan Tekanan

Dosen pun manusia. Kadang kita punya harapan besar pada mahasiswa: cepat selesai, bagus tulisannya, teorinya rapi, metodologinya kuat. Tapi jangan lupa bahwa mereka sedang belajar. Tugas kita bukan hanya menilai, tapi membentuk.

Kalau kita terlalu tinggi menuntut tanpa membimbing secara bertahap, mahasiswa bisa merasa kecil dan tidak mampu. Sebaliknya, dengan pendekatan humanis, kita bisa membantu mereka melihat potensi mereka sendiri.

 

Kisah Nyata: Dosen Ramah, Mahasiswa Semangat

Sebut saja Bu Indah, dosen pembimbing di salah satu universitas swasta di Indonesia. Mahasiswanya dikenal rajin dan cepat selesai. Apa rahasianya? “Saya tidak pernah marah di bimbingan. Saya justru kasih teh hangat kalau mereka datang sore hari,” kata Bu Indah. Bukan cuma itu, Bu Indah juga menyediakan folder online tempat mahasiswa bisa cek contoh skripsi, template, dan jadwal.

Hasilnya? Mahasiswa merasa nyaman. Mereka tidak ragu konsultasi, dan ketika diminta revisi, mereka tanggap. Bimbingan jadi lebih efektif karena dibangun atas dasar rasa percaya.

 

Kritik dan Koreksi Tetap Perlu

Humanis bukan berarti permisif. Kita tetap harus menegaskan standar akademik. Kalau ada kesalahan metodologi, kita harus tegas. Tapi pendekatannya bisa beda.

Misalnya:

·         ❌ “Ini metode kamu kacau banget.”

·         ✅ “Metode ini belum tepat. Coba kita lihat lagi contoh yang cocok dengan tujuan penelitian kamu.”

Atau:

·         ❌ “Kamu kayaknya gak baca literatur.”

·         ✅ “Kalau kamu tambah beberapa sumber primer, tulisannya akan lebih kuat lho.”

 

Penutup: Menjadi Pembimbing yang Membantu, Bukan Membebani

Membimbing skripsi secara humanis bukan cuma bermanfaat bagi mahasiswa, tapi juga bagi kita sebagai dosen. Kita jadi lebih dihargai, lebih didengar, dan lebih berdampak. Kita bukan hanya “pemeriksa naskah”, tapi pendamping intelektual mahasiswa dalam masa krusial perjalanan akademik mereka.

Dan siapa tahu, dengan bimbingan yang baik, mereka akan jadi generasi dosen yang juga membimbing dengan pendekatan yang lebih manusiawi. Jadi, yuk kita bangun ekosistem akademik yang tidak hanya cerdas, tapi juga ramah dan suportif.

 

Referensi

Rogers, C. R. (1961). On becoming a person: A therapist's view of psychotherapy. Houghton Mifflin.

Svinicki, M. D., & McKeachie, W. J. (2014). McKeachie's teaching tips: Strategies, research, and theory for college and university teachers (14th ed.). Cengage Learning.

Knowles, M. S., Holton, E. F., & Swanson, R. A. (2015). The adult learner: The definitive classic in adult education and human resource development (8th ed.). Routledge.

 

 

Komentar