Etika Penulisan Akademik yang Perlu Diketahui Dosen: Panduan Santai tapi Serius
Menjadi dosen bukan hanya soal mengajar di depan kelas atau
membimbing skripsi mahasiswa. Salah satu aspek penting dalam kehidupan
seorang dosen adalah menulis. Baik itu artikel jurnal, makalah prosiding,
laporan penelitian, buku ajar, hingga proposal hibah. Tapi sayangnya, tidak
semua dosen memahami bahwa dalam dunia penulisan akademik, etika adalah
hal yang sangat krusial.
Banyak dosen hebat dalam mengajar, aktif di kampus, tapi tergelincir karena
hal sepele seperti plagiarisme, auto-citation yang
berlebihan, atau sekadar tidak memberi kredit yang layak pada penulis
lain. Nah, biar kamu tidak termasuk di antara mereka, yuk kita bahas dengan
santai tapi serius: apa saja sih etika penulisan akademik yang
wajib dipahami dosen?
1. Apa Itu Etika Penulisan Akademik?
Sederhananya, etika penulisan akademik adalah aturan moral dan profesional
dalam menulis karya ilmiah. Etika ini mengatur bagaimana kita mengutip
sumber, menampilkan data, menyebut penulis lain, menyusun argumen, dan
lain-lain.
Menurut American Psychological Association (2020), etika penulisan akademik
mencakup integritas intelektual, kejujuran, dan keadilan dalam penggunaan
informasi dan pengetahuan orang lain.
Dengan kata lain, kamu boleh menulis apapun untuk tujuan ilmiah — asalkan jujur,
adil, dan menghormati hak orang lain.
2. Kenapa Etika Ini Penting Banget untuk Dosen?
Sebagai dosen, kita adalah contoh bagi mahasiswa. Kalau dosennya tidak
beretika dalam menulis, jangan heran kalau mahasiswanya suka copy-paste skripsi
dari internet. Lebih dari itu, etika penulisan akademik penting karena:
·
Menjaga reputasi akademik pribadi dan
institusi
·
Menghindari masalah hukum
(misalnya pelanggaran hak cipta)
·
Memastikan keaslian kontribusi ilmiah
·
Memperkuat integritas dunia pendidikan
tinggi
Citra dosen sangat mudah rusak karena kesalahan kecil dalam menulis, apalagi
di era digital sekarang di mana semua bisa dilacak.
3. Plagiarisme: Dosa Besar Dunia Akademik
Plagiarisme adalah musuh nomor satu dalam dunia penulisan akademik. Ini
terjadi ketika seseorang mengambil ide, kalimat, atau karya orang lain dan
mengklaimnya sebagai milik sendiri tanpa menyebutkan sumber.
Menurut Pecorari (2013), plagiarisme adalah tindakan tidak etis dan ilegal
yang melanggar prinsip kejujuran intelektual.
Jenis-jenis Plagiarisme yang Perlu Diwaspadai:
·
Plagiarisme langsung: Menyalin
teks orang lain secara utuh tanpa kutipan
·
Plagiarisme ide: Mengambil
gagasan orang lain tanpa mencantumkan sumber
·
Self-plagiarism: Menyadur karya
sendiri yang sudah pernah diterbitkan sebelumnya tanpa izin atau penjelasan
·
Mosaic plagiarism: Mengubah
sedikit struktur kalimat orang lain tapi intinya tetap sama tanpa sumber
Solusinya? Gunakan aplikasi cek plagiarisme seperti
Turnitin, Grammarly, atau iThenticate. Dan yang terpenting: jangan
malas mencantumkan referensi.
4. Kutipan dan Referensi: Jangan Asal Tempel
Banyak dosen masih bingung soal kapan harus mengutip dan bagaimana menulis
daftar pustaka dengan benar. Padahal ini bagian penting dari etika akademik.
Beberapa aturan umum:
·
Kalau kamu mengambil kutipan langsung,
pakai tanda kutip dan cantumkan halaman.
·
Kalau kamu merangkum atau parafrase ide
orang lain, tetap harus mencantumkan sumber.
·
Gunakan gaya sitasi yang konsisten
— misalnya APA, MLA, Chicago, atau IEEE.
Contoh kutipan gaya APA:
Menurut Creswell (2014), metode kualitatif cocok digunakan untuk memahami
makna subjektif yang dibangun oleh individu.
Atau:
Penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsik berpengaruh signifikan
terhadap keberhasilan belajar (Ryan & Deci, 2000).
Jangan asal comot teori dari Google tanpa tahu siapa penulisnya dan dari
mana sumbernya.
5. Jangan Terlalu "Narsis": Hindari
Self-Citation Berlebihan
Wajar saja jika kita sesekali menyitir karya kita sendiri. Apalagi kalau
topiknya saling berkaitan. Tapi kalau setiap paragraf menyebut “Menurut penulis
(2021a)...”, “Penulis (2021b)...”, “Penulis (2021c)...”, ini bisa dianggap
mencurigakan.
Reviewer bisa menilai kamu terlalu narsistik atau berusaha menaikkan h-index
sendiri. Ini dikenal sebagai auto-citation berlebihan, dan
bisa menurunkan kredibilitas artikelmu.
Jadi, seimbangkan antara kutipan dari karya sendiri dan karya ilmuwan lain.
6. Jangan Memanipulasi Data dan Fakta
Etika lain yang tak kalah penting adalah jujur dalam menyajikan data.
Kadang, demi hasil yang "bagus", penulis tergoda mengubah data atau
menyembunyikan hasil yang tidak mendukung hipotesis.
Menurut Resnik (2020), manipulasi data adalah bentuk pelanggaran serius
terhadap integritas ilmiah dan bisa berdampak fatal pada kepercayaan terhadap
hasil riset.
Contoh Pelanggaran:
·
Menghapus data yang dianggap “mengganggu” hasil
·
Mengarang hasil wawancara atau kuisioner
·
Mengubah angka agar sesuai dengan harapan
Lebih baik menyampaikan bahwa hasilmu tidak sesuai harapan, tapi jujur
dan bisa dipertanggungjawabkan, daripada hasilmu “sempurna” tapi
palsu.
7. Kredibilitas Penulis dan Urutan Nama
Etika lain yang sering disepelekan adalah soal penulisan nama
penulis dalam karya bersama. Di dunia akademik, urutan penulis itu
penting. Biasanya:
·
Penulis pertama adalah yang
kontribusinya paling besar, biasanya penulis utama.
·
Penulis kedua, ketiga, dst.
adalah yang membantu sebagian besar aspek teknis.
·
Nama corresponding author
(penulis korespondensi) dicantumkan secara khusus.
Masalah yang Sering Muncul:
·
Ada orang yang “numpang nama” padahal tidak ikut
menulis
·
Dosen mencantumkan nama sendiri di karya
mahasiswa tanpa kontribusi
·
Urutan penulis ditentukan berdasarkan jabatan,
bukan kontribusi
Sebaiknya diskusikan urutan penulis sejak awal kerja sama menulis,
dan pastikan semuanya setuju.
8. Publikasi Ganda dan Duplikasi
Ada juga etika penting yang sering dilanggar secara tidak sadar, yaitu mengirim
naskah yang sama ke lebih dari satu jurnal secara bersamaan. Ini
disebut multiple submission dan sangat tidak etis.
Atau, naskah yang isinya hampir sama dikirim ke dua jurnal berbeda hanya
dengan judul yang diubah. Ini disebut salami publication alias
"iris tipis-tipis", agar satu penelitian bisa jadi beberapa artikel.
Hati-hati, ini juga bisa dianggap pelanggaran!
9. Menghormati Hak Cipta dan Izin Penggunaan
Kalau kamu menggunakan gambar, grafik, atau tabel dari sumber lain, pastikan
kamu:
·
Mencantumkan sumber
·
Meminta izin jika dibutuhkan
·
Tidak mengklaim sebagai karya sendiri
Apalagi kalau kamu menyusun buku ajar atau bahan presentasi — gambar dari
internet bukan berarti bebas pakai!
10. Menghindari Jurnal Predator
Dalam semangat ingin cepat publikasi, banyak dosen terjebak mengirim artikel
ke jurnal predator — yaitu jurnal yang memungut biaya mahal
tanpa proses review yang jelas, asal terbit.
Ciri-ciri jurnal predator antara lain:
·
Website asal-asalan
·
Terlalu menjanjikan (misalnya terbit dalam 3
hari)
·
Tidak ada dewan editor yang jelas
·
Meminta pembayaran sebelum proses review
Selalu cek jurnal tujuanmu di database resmi seperti DOAJ, Scopus,
atau Sinta.
Penutup: Menulis Ilmiah Itu Bukan Hanya Soal
“Tahu”, Tapi Juga Soal “Etis”
Etika penulisan akademik bukan sekadar formalitas. Ini adalah bagian dari
karakter dan profesionalisme seorang dosen. Kita boleh menulis sebanyak-banyaknya,
tapi harus dengan cara yang benar. Bukan hanya agar terhindar dari sanksi, tapi
juga untuk menjaga martabat keilmuan.
Sebagai penutup, mari kita renungkan kutipan dari Belcher (2009):
“Academic writing is not just about presenting what you know, but also about
respecting what others have contributed.”
Jadi, yuk menulis dengan jujur, bijak, dan bertanggung jawab.
Karena tulisan kita adalah wajah keilmuan kita di mata dunia.
Referensi
American Psychological Association. (2020). Publication manual of
the American Psychological Association (7th ed.). APA.
Belcher, W. L. (2009). Writing your journal article in twelve
weeks: A guide to academic publishing success. SAGE Publications.
Creswell, J. W. (2014). Research design: Qualitative, quantitative,
and mixed methods approaches (4th ed.). SAGE Publications.
Pecorari, D. (2013). Academic writing and plagiarism: A
linguistic analysis. Bloomsbury Publishing.
Resnik, D. B. (2020). The ethics of science: An introduction.
Routledge.
Komentar
Posting Komentar