Cara Mudah Menyusun Proposal Penelitian Dikti: Panduan Nonformal untuk Dosen dan Peneliti Pemula
Menyusun proposal penelitian untuk hibah Dikti (Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi) sering kali dianggap menakutkan bagi dosen, apalagi bagi
mereka yang baru pertama kali mencoba. Namun sebenarnya, proses ini bisa jadi
menyenangkan dan tidak serumit yang dibayangkan, asal kita tahu
langkah-langkahnya dan terbiasa mengikuti alurnya. Dalam artikel ini, kita akan
bahas dengan santai tapi tuntas tentang bagaimana cara mudah menyusun proposal
penelitian Dikti yang sesuai pedoman, punya peluang didanai, dan tentunya
bermanfaat untuk dunia akademik dan masyarakat.
Kenapa Proposal Dikti Penting?
Bagi dosen, melakukan penelitian bukan hanya kewajiban tridharma, tapi juga
jalan untuk meningkatkan kompetensi, jenjang karier (misalnya untuk kepentingan
sertifikasi dosen atau kenaikan jabatan), dan kontribusi ilmiah. Melalui
pendanaan dari Dikti, dosen bisa melaksanakan riset tanpa terlalu terbebani
biaya pribadi. Tapi tentu saja, tidak semua proposal bisa lolos dan didanai.
Oleh karena itu, proposal harus disusun dengan rapi, logis, dan sesuai format.
Mulai dari Mana?
Banyak dosen bingung: “Mulai dari mana menyusun proposal penelitian?”
Jawaban sederhananya: mulai dari topik yang kita kuasai dan kita minati.
Jangan memaksakan riset yang tidak familiar, apalagi hanya demi ‘mengejar
dana’. Topik yang sesuai minat dan keahlian kita akan memudahkan proses
penulisan, pelaksanaan, hingga penyusunan luaran.
Berikut ini langkah-langkah mudah untuk menyusun proposal:
1. Tentukan Skema Penelitian yang Ingin Diikuti
Dikti menyediakan beberapa skema hibah, antara lain:
·
Penelitian Dasar
(misalnya Penelitian Dasar Kompetitif Nasional)
·
Penelitian Terapan
(misalnya Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi)
·
Penelitian Pengembangan
·
Penelitian Dosen Pemula
(PDP)
·
Penelitian Kerja Sama
Luar Negeri
·
Penelitian Strategis
Nasional
Untuk dosen baru, biasanya disarankan memilih Penelitian
Dosen Pemula (PDP). Skema ini didesain untuk dosen pemula dengan
dana relatif kecil tapi peluang lolosnya tinggi, asal sesuai ketentuan.
2. Pahami Pedoman dan Template
Sebelum mulai menulis, baca pedoman penyusunan proposal dari
Dikti yang terbaru. Di sana dijelaskan hal-hal teknis seperti:
·
Struktur proposal
·
Jumlah halaman
·
Jenis dan jumlah luaran wajib
·
Format penulisan (font, margin, spasi, dll.)
·
Kriteria penilaian reviewer
Biasanya pedoman bisa diunduh dari laman resmi BIMA Kemendikbudristek atau
simlitabmas.
Ingat: kesalahan teknis seperti margin tidak
sesuai, halaman berlebih, atau luaran tidak realistis bisa membuat proposal
langsung gugur di tahap administrasi.
3. Rancang Judul yang Menarik dan Jelas
Judul adalah hal pertama yang dibaca reviewer. Usahakan:
·
Tidak terlalu panjang
·
Tidak terlalu umum
·
Mengandung kata kunci utama dari penelitian
·
Menunjukkan tujuan atau fokus
Contoh buruk:
“Penelitian tentang Pendidikan” (terlalu umum)
Contoh baik:
“Pengaruh Penggunaan Media Digital Interaktif terhadap Kemampuan Menulis
Argumentatif Mahasiswa di Perguruan Tinggi Swasta”
4. Susun Latar Belakang yang Kuat dan Relevan
Latar belakang bukan sekadar curhat atau cerita umum. Fungsinya untuk
menunjukkan:
·
Pentingnya masalah yang diteliti
·
Celah penelitian (gap) yang ada
·
Urgensi riset tersebut dilakukan sekarang
·
Relevansi dengan kebijakan nasional, daerah,
atau institusi
Tips:
Gunakan data, hasil penelitian sebelumnya, dan
kutipan referensi ilmiah untuk memperkuat argumen. Hindari
pendapat pribadi yang tidak berdasar.
5. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Setelah latar belakang, rumusan masalah harus jelas dan spesifik. Biasanya
disusun dalam bentuk pertanyaan penelitian.
Contoh:
1. Bagaimana
pengaruh penggunaan media digital interaktif terhadap kemampuan menulis
argumentatif mahasiswa?
2. Apakah
ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kontrol?
Tujuan penelitian tinggal disesuaikan dari rumusan masalah. Gunakan kalimat
aktif seperti:
·
Mengetahui…
·
Menganalisis…
·
Mendeskripsikan…
6. Tinjauan Pustaka yang Terarah
Tinjauan pustaka bukan kumpulan kutipan semata. Fungsinya:
·
Memberikan landasan teori
·
Menunjukkan penelitian sejenis yang sudah pernah
dilakukan
·
Menjelaskan posisi penelitian kita dibandingkan
penelitian sebelumnya
Gunakan jurnal terbaru, buku relevan, dan sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Lebih baik menggunakan jurnal terindeks Scopus atau
Sinta jika memungkinkan.
7. Metodologi yang Jelas dan Realistis
Bagian ini adalah jantung proposal.
Reviewer akan memperhatikan:
·
Jenis penelitian (kualitatif, kuantitatif,
R&D, dll.)
·
Subjek dan lokasi penelitian
·
Teknik pengumpulan data (angket, wawancara,
observasi, dll.)
·
Teknik analisis data
·
Rencana waktu dan jadwal pelaksanaan
Tips:
Jangan muluk-muluk. Sesuaikan metode dengan kemampuan dan waktu yang tersedia.
Jika tidak realistis, reviewer bisa langsung memberi nilai rendah.
8. Rencana Luaran Penelitian
Luaran wajib minimal ada 1 jurnal terakreditasi (misalnya Sinta 4), dan
luaran tambahan bisa berupa:
·
Prosiding
·
Buku ber-ISBN
·
HKI (Hak Kekayaan Intelektual)
·
Teknologi Tepat Guna
·
Video edukatif
Pastikan luaran yang diajukan realistis,
bisa dicapai dalam waktu 1 tahun. Cantumkan target waktu dan penerbit/penerima
luaran jika memungkinkan.
9. Rencana Anggaran yang Detail
Dana penelitian dari Dikti harus digunakan secara efektif dan sesuai
peruntukannya. Rincikan anggaran sesuai pos:
·
Honorarium (untuk asisten, enumerator, dll.)
·
Bahan habis pakai
·
Perjalanan dan transportasi
·
Publikasi
·
Lain-lain (misalnya ATK, internet, dll.)
Jangan asal memasukkan angka. Gunakan acuan harga yang wajar dan sesuai
standar biaya pemerintah (SBM).
10. Jadwal Kegiatan Penelitian
Gunakan bentuk tabel Gantt Chart untuk menunjukkan tahapan kegiatan:
Bulan
|
Kegiatan
|
Januari
|
Persiapan instrumen, penyusunan proposal final
|
Februari
|
Pengumpulan
data tahap 1
|
Maret–April
|
Analisis data
|
Mei
|
Penyusunan
laporan dan artikel
|
Juni
|
Pengunggahan luaran, submit jurnal, pelaporan akhir
|
Jadwal ini juga akan menunjukkan kemampuan manajemen waktu tim peneliti.
11. Profil Tim Peneliti
Cantumkan data ketua dan anggota peneliti, lengkap dengan:
·
Nama lengkap
·
NIDN
·
Jabatan fungsional
·
Bidang keahlian
·
Tugas dalam penelitian
Usahakan komposisi tim saling melengkapi. Hindari tim yang “hanya
formalitas”.
Tips Tambahan agar Proposal Diterima
1. Ikuti
format secara ketat
Banyak proposal gugur karena layout, font, atau jumlah halaman tidak sesuai.
2. Gunakan
Bahasa Ilmiah tapi Mengalir
Hindari bahasa terlalu bertele-tele atau terlalu teknis. Sampaikan dengan runut
dan mudah dipahami.
3. Perhatikan
Originalitas
Hindari plagiat. Gunakan aplikasi seperti Turnitin sebelum mengunggah.
4. Simulasikan
Review
Minta kolega membaca proposal dan memberikan masukan seperti reviewer.
5. Submit
Tepat Waktu dan Cek Berkali-kali
Upload di laman BIMA butuh dokumen PDF yang sudah final. Jangan buru-buru di
menit terakhir!
Penutup
Menyusun proposal penelitian Dikti bukan soal menjadi yang paling canggih
atau punya ide paling revolusioner. Yang penting adalah kejelasan tujuan,
konsistensi antara bagian-bagian proposal, dan kesesuaian dengan pedoman.
Dengan memahami struktur dan tips di atas, dosen pemula pun bisa mulai berani
mengajukan proposal.
Jangan takut gagal. Kegagalan di tahun pertama bisa jadi bekal untuk tahun
berikutnya. Lagipula, dalam dunia penelitian, keberanian untuk mencoba adalah
langkah awal menuju produktivitas akademik.
Kalau Anda adalah dosen muda atau peneliti pemula, cobalah susun proposal
dari sekarang. Minta bimbingan dari senior, ikut workshop penyusunan proposal,
dan rajin membaca pedoman. Yakinlah, dengan latihan dan usaha, menyusun
proposal penelitian Dikti akan terasa semakin mudah dan menyenangkan.
Selamat menyusun dan semoga proposal Anda didanai!
Komentar
Posting Komentar