Oleh: Aco Nasir
Kalau kita pikir sudah cukup pusing dengan revolusi industri 4.0 yang penuh
dengan kecerdasan buatan, big data, dan disrupsi digital, bersiaplah—karena
sekarang dunia sedang bergerak ke Industri 5.0.
Ya, Anda tidak salah baca. Era berikutnya ini bukan lagi tentang manusia
yang menyesuaikan diri dengan mesin, tapi justru bagaimana teknologi bisa
berkolaborasi dengan manusia secara harmonis. Intinya: kemanusiaan
kembali di tengah-tengah inovasi.
Nah, lalu apa kabar dunia kampus? Apa kabar kita—para dosen, akademisi, dan
pengelola perguruan tinggi? Siapkah kita menyambut masa depan pendidikan tinggi
di era yang katanya lebih “manusiawi” ini?
Yuk, kita bahas santai tapi mendalam di Ruang Dosen edisi kali ini.
Apa Itu Industri 5.0, dan Apa Bedanya dengan 4.0?
Kalau di era industri 4.0 kita dikejutkan oleh otomatisasi, Internet of
Things (IoT), dan segala bentuk digitalisasi, maka industri 5.0 adalah fase di
mana teknologi tidak lagi hanya menggantikan manusia, tapi justru bekerja bersama
manusia.
Bayangkan: robot cerdas yang membantu dokter bedah, AI yang memperkuat
empati layanan pelanggan, atau sistem pembelajaran yang bisa memahami emosi dan
gaya belajar mahasiswa. Inilah dunia Industri 5.0—teknologi canggih yang
dibalut nilai-nilai kemanusiaan seperti empati, kreativitas, dan keunikan
manusia.
Jadi, bukan sekadar “pintar”, tapi juga “berperasaan”.
Lalu, Perguruan Tinggi Akan Seperti Apa di Era Ini?
Nah, di sinilah kita mulai memasuki wilayah yang menarik (dan agak
menantang).
1. Kampus Jadi Ruang Kolaborasi
Manusia-Mesin
Di era Industri 5.0, kampus tidak lagi sekadar tempat transfer ilmu. Ia akan
menjadi laboratorium kolaborasi antara manusia dan
teknologi. Dosen dan mahasiswa tidak hanya belajar menggunakan teknologi, tapi berpartner
dengan teknologi.
Contohnya? Dosen Teknik akan berkolaborasi dengan AI untuk mengembangkan
produk berkelanjutan. Mahasiswa Desain akan bekerja sama dengan robot untuk
menciptakan karya seni yang inovatif. Bahkan, di kelas Ilmu Sosial, machine
learning bisa digunakan untuk menganalisis perilaku masyarakat dengan lebih
akurat.
Teknologi bukan alat semata, tapi partner berpikir.
2. Kurangnya Bukan Lagi Teknologi, Tapi
Nilai
Menariknya, saat teknologi makin canggih, hal yang dibutuhkan justru makin manusia.
Soft skills seperti empati, komunikasi, pemikiran kritis, dan literasi etika
akan jadi mata kuliah penting. Perguruan tinggi akan punya tanggung jawab besar
membentuk karakter lulusan yang tidak hanya cerdas, tapi juga bijaksana.
Kampus di era Industri 5.0 bukan hanya mencetak tenaga kerja, tapi pembawa
nilai di tengah dunia yang serba cepat.
Peran
Dosen di Masa Depan: Tetap Penting, Tapi Harus Berubah
Kalau dulu dosen cukup menguasai materi dan menyampaikannya di kelas,
sekarang perannya jauh lebih kompleks. Di era 5.0, dosen harus:
✅ Menjadi Kurator Ilmu
Informasi begitu melimpah. Mahasiswa bisa cari apa saja di Google atau
YouTube. Tapi tidak semua relevan atau benar. Dosen harus bisa memilah,
menyusun, dan memandu mahasiswa menavigasi pengetahuan yang tepat.
✅ Menjadi Mentor, Bukan Sekadar Pengajar
Mahasiswa bukan lagi “gelas kosong” yang harus diisi. Mereka punya ide,
punya akses, bahkan kadang lebih update dari dosennya. Maka peran dosen adalah pendamping
belajar—yang mendengarkan, memantik rasa ingin tahu, dan memberi
arah.
✅ Berpikir Interdisipliner
Masalah di era 5.0 tidak bisa diselesaikan dari satu sudut pandang. Dosen
harus mulai terbuka dengan kolaborasi lintas disiplin. Dosen Hukum bisa kerja
bareng dosen Teknik Informatika membahas regulasi AI. Dosen Pertanian
berpartner dengan dosen Komunikasi untuk kampanye pertanian berkelanjutan. Ini
era lintas batas.
✅ Melek Teknologi Tapi Tetap Humanis
Dosen tidak harus jadi teknisi atau coder. Tapi perlu tahu cara menggunakan
teknologi untuk memperkuat pembelajaran. Entah itu LMS, AI pembelajaran, atau
sekadar tools visualisasi data. Tapi, yang paling penting: tetap hadir secara emosional
dan psikologis di hadapan mahasiswa.
Tantangan Perguruan Tinggi Menuju Era 5.0
Meski peluang terbuka lebar, perguruan tinggi tetap dihadapkan pada berbagai
tantangan, antara lain:
🔌 Kesenjangan
Infrastruktur
Tidak semua kampus punya akses yang sama terhadap teknologi canggih.
Kampus-kampus di daerah mungkin masih berjuang dengan koneksi internet,
sementara dunia sudah bicara AI dan blockchain. Ini butuh perhatian serius dari
pemerintah dan pemangku kepentingan.
👩🏫 SDM
yang Perlu Disiapkan
Banyak dosen dan tenaga kependidikan yang belum siap dengan perubahan
ini—baik dari sisi skill, mindset, maupun kesiapan beradaptasi. Dibutuhkan
pelatihan berkelanjutan, ruang belajar kolektif, dan kebijakan yang mendorong
pembaruan diri.
📚 Kurangnya Integrasi
Kurikulum dengan Dunia Nyata
Kurikulum kita masih banyak yang berfokus pada teori dan hafalan. Padahal di
era 5.0, mahasiswa dituntut punya pengalaman langsung, kemampuan
problem-solving, dan kreativitas. Kurikulum harus agile dan cepat menyesuaikan
diri.
Menuju
Kampus 5.0: Apa yang Bisa Kita Lakukan Sekarang?
Tak perlu menunggu semua sempurna untuk mulai bergerak. Berikut beberapa
langkah konkret yang bisa dilakukan dosen dan perguruan tinggi sejak sekarang:
1. Buka Diri Terhadap Kolaborasi
Mulailah dengan menghubungi dosen lain lintas jurusan. Cari proyek kecil
yang bisa digarap bersama. Ini melatih budaya kerja kolaboratif yang akan jadi
norma di masa depan.
2. Jadikan Teknologi Sebagai Sahabat
Pilih satu tools baru setiap semester untuk dicoba dalam proses belajar.
Tidak harus rumit. Bisa dari hal sederhana seperti Miro, Padlet, Canva, atau
ChatGPT untuk diskusi reflektif.
3. Kembangkan Kurikulum yang Adaptif
Berani mengevaluasi capaian pembelajaran dan mengintegrasikan elemen-elemen
baru seperti literasi digital, pemikiran etis dalam teknologi, atau pendidikan
karakter dalam era digital.
4. Fokus pada Pengembangan Mahasiswa Sebagai
Manusia Utuh
Kampus harus kembali jadi tempat yang memanusiakan manusia. Bukan sekadar
pabrik nilai, tapi tempat mahasiswa menemukan jati diri, nilai hidup, dan
tanggung jawab sosial.
Penutup: Masa Depan Itu Kini
Era Industri 5.0 bukan masa depan yang jauh. Ia sudah di depan pintu. Kita
bisa memilih untuk jadi pengamat pasif, atau ikut ambil peran aktif dalam
membentuknya.
Sebagai dosen dan bagian dari komunitas akademik, kita punya peran kunci:
bukan hanya mengajar, tapi mengawal peradaban baru.
Dunia sedang bergerak menuju teknologi yang lebih manusiawi. Maka perguruan
tinggi pun harus ikut bergerak: dari ruang kuliah menuju ruang kehidupan.
Mari kita sambut masa depan ini dengan semangat pembelajar seumur hidup.
Salam dari Ruang Dosen, tempat kita berbagi cerita, tantangan,
dan semangat menjadi pendidik di zaman yang terus berubah.
🌐 Sudahkah kampusmu
bersiap menyambut era Industri 5.0? Ceritakan pengalamannya di kolom komentar!
Komentar
Posting Komentar